Tentang Jodoh Nuel Lubis

 















Sengaja aku tuliskan di novel online aku yang terbit di platform Fizzo. Apalagi Me Déjàvu sudah berkontrak. Jika semakin dilihat banyak orang, aku juga yang diuntungkan. 

Yang tertarik saja dengan apa kata kartu-kartu tarot terkait... yang katanya jodohku itu. Silahkan berkunjung ke Me Déjàvu

Juga... ah, simak saja tulisan kecil aku untuk seorang teman daring yang tanggal 1 September yang lalu, baru saja berpulang ke rahmatullah. Selamat jalan, Harimau Mata Satu. Rest in peace, Guruh Nusantara. 



















Teruntuk Guruh Nusantara. 

Pertama aku mengenal kamu itu, Mas, tahun 2014 yang lalu. Dari teman bloger aku, yang bernama Yenny Hamidah. Hanya dari aktivitas blogging, aku bisa kenal beberapa orang, dan ternyata beberapa dari mereka itu bukan sekadar orang. Agak lebih terkenal daripada aku, tapi bukan selebrita. Dulu, kita sering saling berbalas mention di Twitter. Kamu sering menggunakan nama pena Harimau Mata Satu, dengan foto profil wajah seorang pria dengan sebelah mata tertutupi sesuatu. Saat itu, aku terkesima. 

Terima kasih juga, Mas Guruh, saat itu, di Mei 2014, kamu ikhlas memberikan aku CD anime yang hingga detik-detik ini aku belum sempat menontonnya. Ternyata kamu penggila berat karya-karya Makoto Shinkai. 

Ah, tentang CD anime yang kamu berikan waktu itu… aku merasa itu lebih dari sekadar hadiah. Itu semacam tanda persahabatan. Kamu tidak segan berbagi sesuatu yang kamu sukai, seolah ingin bilang, “Ini bagian dari dunia yang aku cintai, mungkin kamu juga bisa merasakannya.” 

Mungkin begitu kata-kata yang hendak kamu sampaikan padaku. Maafkan, sampai sekarang aku belum sempat menontonnya. Percayalah, aku tetap menyimpannya dengan hati-hati. Itu akan menjadi pengingat bahwa pertemanan bisa hadir dari hal-hal kecil, sederhana, tapi bermakna dalam.

Aku juga tidak bisa lupa bagaimana kita sering berbalas mention di Twitter. Kamu dengan segala renunganmu yang berat-berat di Instagram pula, yang sering menginspirasi aku dalam membuat banyak tulisan yang hanya orang-orang terdekat aku yang lebih sering menikmati. Kadang serius, kadang receh, tapi selalu ada rasa hangat di dalam setiap postingan Instagram kamu. Ada kalanya aku merasa sedang bicara dengan seorang kakak yang lebih bijak, kadang juga seperti sedang mengobrol dengan kawan sebaya yang suka bercanda.

Guruh Nusantara, mungkin jarak dan waktu telah membuat kita nyaris tak pernah bertegur sapa. Hanya sesekali menyapa, entah lewat DM Instagram maupun WhatsApp. Namun bagiku, jejak yang kamu tinggalkan tetap ada. Entah itu lewat tulisanmu, atau sekadar ingatan bahwa dulu ada seseorang yang memakai nama Harimau Mata Satu dan berhasil meninggalkan kesan mendalam.

Kini, di tengah dunia media sosial yang makin riuh dan penuh ingar-bingar, aku  merindukan masa-masa itu. Masa ketika orang-orang menulis di blog bukan demi popularitas, tapi karena memang ingin berbagi. Masa ketika Twitter terasa lebih pribadi sentuhan cuitannya, yang lebih dekat, bukan sekadar ajang pamer atau berdebat tanpa ujung. Lalu, kamu adalah salah satu dari sedikit orang yang membuatku betah berada di dunia itu.

Terima kasih, Mas Guruh, untuk setiap interaksi kecil yang mungkin untuk kamu biasa saja, tapi untukku berarti besar. Bagiku, kenangan itu masih hangat, ada, dan berharga.

Terasa lucu, untuk aku pribadi, bagaimana jalinan pertemanan bisa dimulai hanya dari sebaris kalimat yang ditulis di layar, lalu menjelma jadi interaksi yang begitu hangat. Dunia maya, yang katanya dingin dan penuh kepalsuan, justru membawaku bertemu dengan orang-orang tulus seperti kamu, Yenny Hamidah, Ika, atau John Terro. Dari sekadar blogwalking, mampir untuk membaca tulisan, sampai akhirnya sering membubuhkan kata-kata pemanis di kolom komentar dan kemudian lanjut ke Twitter atau media sosial lainnya. 

Si Harimau Mata Satu. Seseorang yang memiliki sisi garang, tapi juga menyimpan misteri. Orang bisa saja melihatmu keras, tapi di dalam tulisan-tulisan kamu, aku sering menemukan kepedulianmu, yang seperti suara seseorang yang ingin mengingatkan dunia tanpa perlu berteriak. Terima kasih, hey, Si Harimau Mata Satu, saat Juli 2015 yang lalu, atas obrolan kita saat itu, yang rada absurd tentang hal-hal yang tidak ke setiap orang aku bisa ceritakan. Yang tentang mata batin, indra keenam, reiki, kundalini, dan lain-lain, dan sebagainya. Juga, terima kasih atas pembacaan tarot terkait jodoh saat menjelang ulang tahun aku yang ke-35. 














Comments

  1. wah baru tahu, ikut sedih
    inna lillahi wa inna ilaihi roji'un
    ini mas Guruh aku pernah ketemu langsung sama beliau waktu di kampus seingetku
    sempat ngobrol2 juga dan becanda sehabis itu
    ternyata barusan meninggal yah

    ReplyDelete

Post a Comment

Pembaca yang baik adalah yang sudi mau meninggalkan komentar. ^_^
Nice reader is the one who will leave lot of words in the comment box. ^_^

PLACE YOUR AD HERE

PLACE YOUR AD HERE
~ pasang iklan hanya Rp 100.000 per banner per 30 hari ~