Jika Ini Di-post di Twitter, Akan Disebut sebagai Dongeng Twittard

 












Singkat cerita, langsung saja, yang di bawah ini, aku mendapatkannya dari sebuah kanal YouTube. Aku copy-paste dari komentar salah seorang warganet. Aku sunting sedemikian rupa agar lebih enak dibaca. 

Mohon maaf juga, jika si pemilik cerita menemukan kisahnya dibagikan di IMMANUEL's NOTES. Ini juga dengan satu alasan khusus tertentu. Intinya, begini. 

Terkadang, jika kita sedang berselancar di internet, entah di YouTube, Tiktok, Instagram, Facebook, atau platform menulis novel, ada saja kita menemukan seseorang yang membagikan pengalamannya. Seperti yang tertera di bawah ini. 

Untuk aku, terpikirkan dulu, yang ia bagikan itu benar-benar kisah nyata yang diangkat dari pengalaman pribadi (baca: curahan hati colongan alias curcol). Nah, untuk kalian, jika menemukan orang yang senang curcol di internet, apakah langsung tebersit sesuatu yang dibagikan itu sungguh kisah nyata? 

Jika aku pikirkan ulang, mungkin saja ia sedikit berbohong. Ada kemungkinan seperti itu, kan. Bagaimana juga caranya membedakan mana yang bercerita jujur, mana yang berkata bohong? Yang sampai sekarang aku belum begitu tahu. Sebab, jika aku membacanya dengan perasaan, sepertinya ia sedang curcol. 

Tulisan yang aku maksudkan adalah yang di-italic. Berada persis di bawah gambar kedua. 













Bapak saya juga difitnah oleh salah seorang guru, yang tahu bapak saya akan dilantik sebagai seorang kepala sekolah. Surat keputusan sudah turun di malam hari. Bahkan, Bapak saya sudah diajak dalam sebuah rapat. Tiba-tiba paginya, Bapak--tanpa surat pemberhentian--dilarang mengajar. Bapak lahir di tahun 1938. Akhirnya bapak diciduk oleh kepolisian dan harus berhenti mengajar. Gaji pun tidak turun. Kami habiskan sawah untuk menebus nyawa Bapak saya. Akhirnya Bapak mengikhlaskan. Dan, Bapak memulai semua dari nol. Karena semua harta habis, Bapak harus nyangkul demi untuk bertahan hidup. Lalu, Allah menakdirkan Bapak saya menjadi wiraswasta. Selain itu, walaupun banyak usaha untuk menuntut hak Bapak yang berupa uang pensiun, nihil. Sampai akhirnya, Bapak tutup usia di usia 83 tahun. Alhamdulilah, Allah memanggil Bapak dengan sangat halus ditengah-tengah keluarga. 

















Jika cerita di atas di-posting di Twitter, biasanya sering disebut sebagai Dongeng Twittard. Twittard itu akronim dari Twitter dan Retard (yang berarti, sesuatu yang ketinggalan zaman). 

Lalu, apakah cerita di atas itu bisa dikategorikan sebagai Dongeng Twittard? 

Aku bagikan di sini hanya sebagai pembelajaran ke diriku sendiri dan teman-teman pembaca. Pembelajarannya apa? Silahkan direnungkan sendiri! 


















Comments

PLACE YOUR AD HERE

PLACE YOUR AD HERE
~ pasang iklan hanya Rp 100.000 per banner per 30 hari ~