Banyak yang bilang kalau sinetron itu banyak yang nggak makes sense-nya. Nggak logis. Ngawur. Nggak mendidik. Membodohi masyarakat. Yah itulah mungkin yang ada di gambaran para sinetron-haters. Tapi sesungguhnya, sinetron itu representasi dari kehidupan masyarakat.
Representasi?
Yah representasi. Aku bilang seperti ini bukan berarti aku pecinta sinetron, lho. Aku juga nggak begitu suka nonton sinetron. Palingan nonton sinetron kalau ada cewek cakepnya aja. Oke, bagian yang ini abaikan saja. Hehehe.
Tapi kata-kataku ini ada benarnya juga. Sinetron itu sungguh representasi dari kehidupan masyarakat. Gambaran masyarakat sesungguhnya sudah terwakili dari sinetron. Alurnya mungkin yah agak-agak melenceng dari sosialita yang ada. Tapi... Ketidaklogisannya itulah yang mirip sama kehidupan masyarakat.
Yup, seringkali kan banyak kita temui hal-hal tak logis dalam kehidupan kita. Contohnya itu, dulu waktu aku SD, aku pernah baca berita di TV kalau ada seorang ibu yang meninggalkan anaknya sendirian saja di dalam mobil yang tertutup dan hanya mendapatkan udara dari AC. Atau kisahnya Sumanto si Kanibal yang dulu pernah kudengar. Atau kisahnya Ryan si Penjagal, yang membunuh hanya karna cemburu dengan pacar sesama jenisnya. Atau sejumlah kisah cerainya selebritis, yang menurutku banyak nggak logisnya. Masak baru nikah beberapa bulan saja, sudah minta cerai?
Nggak hanya di televisi pula. Di kehidupan sehari-hari, aku banyak menemui ketidaklogisan tersebut. Salah satunya itu, kisah tukang sampah yang buta di komplekku. Kayaknya nggak logis aja yah, ada orang buta yang bisa tahan mendorong gerobak sampah hingga hampir lima tahun. Itu kan pekerjaan yang berat. Geleng-geleng kepala tiap kali melihatnya. Takjub aja. Hmmm.
Itu baru tukang sampah buta. Di daerah tempat aku tinggal, masih banyak lagi ketidaklogisan tersebut. Contoh lainnya itu adalah sebuah warung serba ada. Di komplekku, ada sebuah warung yang dimiliki oleh sepasang suami istri yang menurutku, idealis. Kenapa idealis? Yah karena warung ini sama sekali tidak menjual rokok. Setiap ada pengunjung yang datang untuk membeli rokok, mereka selalu bilang 'Nggak jualan rokok.' Hingga mereka juga menempel karton di dinding yang bertuliskan 'Tidak menjual rokok.' Dan keidealisannya mereka itu tidak hanya berhenti sampai di masalah rokok saja. Saking idealisnya, mereka menutup warungnya setiap kali adzan maghrib ataupun sholat jumat.
Oya, ngomong-ngomong soal idealis, aku punya teman yang begitu idealis. Sangat, malah. Temanku yang bernama Bobby itu. Saking idealisnya itu, dia kayaknya enggan kalau ada yang menconteki lembar jawabannya saat ujian. Keidealisannya dia itu lebih tersirat lagi di tulisan-tulisannya yang ada di Facebook. Beberapa kali membaca tulisan-tulisannya yang sengaja di-tag kepadaku, bikin aku sadar kalau si Bobby ini idealis (Silakan baca yang ini, ini, dan ini). Dia itu.... benar-benar berpikiran idealis. Lebih idealis dariku.
Selain si Bobby dan empunya warung tersebut, ada lagi contoh idealis lainnya. Itu adalah empunya warnet yang sekarang warnetnya sudah tutup. Dulu tuh warnetnya setiap kali mau sholat jumat, pasti deh beranjak tutup dulu untuk sementara waktu. Untuk mempertahankan keidealisannya itu, dia sampe memohon para pengunjungnya untuk pulang dulu dan datang lagi nanti setelah sholat jumat. Jarang-jarang, aku melihat ada warnet seperti itu. Hmmm.
Back to the irrationality.
Tak hanya warung idealis yang sungguh idealis - mengingat rokok adalah item paling sering dicari - ada lagi ketidaklogisan yang pernah kutemui. Itu terwujud dalam bentuk warnet. Yah warnet. Dan temanku pernah kehilangan sepedanya di warnet dan si empunya warnet sama sekali tak acuh. Di mata temanku itu, pemilik warnetnya itu kayaknya nggak peduli. Apalagi waktu dia minta ganti rugi, si empunya warnet malah menunjuk ke sebuah tulisan yang bertuliskan 'Tidak Bertanggungjawab atas Kehilangan Motor atau Sepeda.' Padahal sepedanya temanku itu hilangnya di halaman warnet tersebut. Sudah gitu, yang punya warnet juga tidak menunjukan respeknya. Yah minimal menawarkan sejumlah duit untuk ongkos pulang atau apalah. Dia bahkan dengan entengnya bilang 'Yah di daerah sini emang rawan maling. Udah banyak sepeda yang ilang dek.'
What the...
Benar-benar nggak logis kan? Harusnya ketika tahu hilangnya di halamannya, setidaknya si empunya warnet bisa menawari opsi ganti rugi tanpa diminta. Yah minimal separo dari harga sepedanya. Secara logisnya, yah seperti itulah yang harus dilakukan si empunya warnet tersebut. Tapi sudahlah. Karena menurut penuturan temanku itu, warnet tersebut sudah tutup. Resmi tutup. Mungkin itulah azab dari Tuhan untuknya. Hehehe.
Hingga ketidaklogisan tersebut tak hanya kulihat sendiri, namun juga kualami. Yah aku bahkan mengalami sendiri. Waktu itu, aku baru saja pulang dari kampus. Apesnya, bus yang kutumpangi mendadak menurunkan semua penumpangnya di daerah Palem-Karawaci. Mau tak mau, aku naik angkot buat transit lagi di Cikokol. Nah pas sampai Cikokol, aku turun dari angkot. Segera kukasih uang Rp 5000 ke sopirnya. Begonya, kembaliannya nggak kuminta. Padahal harusnya tarifnya itu Rp 3000. Dan aku baru sadar kalau kembaliannya lupa kuminta itu baru dua jam kemudian dari waktu kejadiannya. Oke, itu bukannya nggak logis lagi. Tapi akunya aja yang kelewat ceroboh.
Itu baru satu contoh. Masih banyak ketidaklogisan yang kualami sendiri. Pernah aku meninggalkan kunci rumah di lubang pintunya, yang masih menempel. Untungnya saat itu, aku baru sadar ketinggalan baru sepuluh menit. Kebayang kalau aku nyadarnya pas lagi di bus. Rumah bisa didatangi tamu tak diundang. Huehehe.
Atau kisah lainnya saat aku mengadu ke operator warnet kalau aku baru saja (merasa) ketinggalan flash disk di warnet tersebut. Pas kembali lagi ke sana, flash disk-ku sudah nggak ada di komputer yang baru saja kupakai. Aku langsung mencak-mencak ke operatornya dan pulang dengan kecewa. Pada saat aku tiba di rumah, aku baru ingat kalau flash disk-nya sudah kulepas dan kutaruh di kantong celana yang sudah kutaruh di keranjang pakaian yang ada di kamar mandi. Itu. awkward. moment. banget.
Tak hanya di dunia nyata. Ketidaklogisan tersebu juga kutemui di dunia maya, khususnya di twitter. Sering kulihat, ada beberapa orang yang suka nulis tweet-tweet kode. Tweet kode itu sama kayak surat kaleng. Bedanya, kalau di tweet kode itu, nama pengirimnya jelas dan yang nggak jelas itu malah orang yang dituju. Contohnya itu, pernah kubaca salah satu tweet seseorang yang berbunyi: 'dekap aku kau ku bully, berani ngelawan kau ku caci' Nah, itu kan nggak jelas banget siapa yang mau dia bully. Dan hal tersebut, sering kualami di situs jejaring sosial twitter. Makanya nggak usah heran kalau ada istilah 'Nulis buat siapa, yang kesindir siapa'.
Itu. absurd. banget.
Jadi kesimpulannya, sinetron yah (mungkin) menggambarkan keadaan sesungguhnya dari masyarakat, Jadi, please, stop bilang sinetron itu nggak logis. Bukan karena aku pecinta sinetron nih, yah tapi karena yang kubilang ada benarnya juga. Apalagi sinetron juga ada gunanya kok. Itu memberikan suatu pelajaran ke anak-anak atau orang-orang yang suka nangis. Ada kan orang-orang kayak gitu?!
Nah sinetron itu sepertinya mau bilang kalau nangis itu adalah aset. Coba lihat saja sendiri. Rata-rata sinetron yang ratingnya tinggi adalah sinetron yang banyak mengumbar adegan nangisnya. Itu kan bisa kasih peluang ke mereka yang gampang nangis untuk ikutan casting jadi pemain sinetron. Hahaha. #DitimpukinBuahBusuk
Representasi?
Yah representasi. Aku bilang seperti ini bukan berarti aku pecinta sinetron, lho. Aku juga nggak begitu suka nonton sinetron. Palingan nonton sinetron kalau ada cewek cakepnya aja. Oke, bagian yang ini abaikan saja. Hehehe.
Tapi kata-kataku ini ada benarnya juga. Sinetron itu sungguh representasi dari kehidupan masyarakat. Gambaran masyarakat sesungguhnya sudah terwakili dari sinetron. Alurnya mungkin yah agak-agak melenceng dari sosialita yang ada. Tapi... Ketidaklogisannya itulah yang mirip sama kehidupan masyarakat.
Yup, seringkali kan banyak kita temui hal-hal tak logis dalam kehidupan kita. Contohnya itu, dulu waktu aku SD, aku pernah baca berita di TV kalau ada seorang ibu yang meninggalkan anaknya sendirian saja di dalam mobil yang tertutup dan hanya mendapatkan udara dari AC. Atau kisahnya Sumanto si Kanibal yang dulu pernah kudengar. Atau kisahnya Ryan si Penjagal, yang membunuh hanya karna cemburu dengan pacar sesama jenisnya. Atau sejumlah kisah cerainya selebritis, yang menurutku banyak nggak logisnya. Masak baru nikah beberapa bulan saja, sudah minta cerai?
Nggak hanya di televisi pula. Di kehidupan sehari-hari, aku banyak menemui ketidaklogisan tersebut. Salah satunya itu, kisah tukang sampah yang buta di komplekku. Kayaknya nggak logis aja yah, ada orang buta yang bisa tahan mendorong gerobak sampah hingga hampir lima tahun. Itu kan pekerjaan yang berat. Geleng-geleng kepala tiap kali melihatnya. Takjub aja. Hmmm.
Itu baru tukang sampah buta. Di daerah tempat aku tinggal, masih banyak lagi ketidaklogisan tersebut. Contoh lainnya itu adalah sebuah warung serba ada. Di komplekku, ada sebuah warung yang dimiliki oleh sepasang suami istri yang menurutku, idealis. Kenapa idealis? Yah karena warung ini sama sekali tidak menjual rokok. Setiap ada pengunjung yang datang untuk membeli rokok, mereka selalu bilang 'Nggak jualan rokok.' Hingga mereka juga menempel karton di dinding yang bertuliskan 'Tidak menjual rokok.' Dan keidealisannya mereka itu tidak hanya berhenti sampai di masalah rokok saja. Saking idealisnya, mereka menutup warungnya setiap kali adzan maghrib ataupun sholat jumat.
Oya, ngomong-ngomong soal idealis, aku punya teman yang begitu idealis. Sangat, malah. Temanku yang bernama Bobby itu. Saking idealisnya itu, dia kayaknya enggan kalau ada yang menconteki lembar jawabannya saat ujian. Keidealisannya dia itu lebih tersirat lagi di tulisan-tulisannya yang ada di Facebook. Beberapa kali membaca tulisan-tulisannya yang sengaja di-tag kepadaku, bikin aku sadar kalau si Bobby ini idealis (Silakan baca yang ini, ini, dan ini). Dia itu.... benar-benar berpikiran idealis. Lebih idealis dariku.
Selain si Bobby dan empunya warung tersebut, ada lagi contoh idealis lainnya. Itu adalah empunya warnet yang sekarang warnetnya sudah tutup. Dulu tuh warnetnya setiap kali mau sholat jumat, pasti deh beranjak tutup dulu untuk sementara waktu. Untuk mempertahankan keidealisannya itu, dia sampe memohon para pengunjungnya untuk pulang dulu dan datang lagi nanti setelah sholat jumat. Jarang-jarang, aku melihat ada warnet seperti itu. Hmmm.
Back to the irrationality.
Tak hanya warung idealis yang sungguh idealis - mengingat rokok adalah item paling sering dicari - ada lagi ketidaklogisan yang pernah kutemui. Itu terwujud dalam bentuk warnet. Yah warnet. Dan temanku pernah kehilangan sepedanya di warnet dan si empunya warnet sama sekali tak acuh. Di mata temanku itu, pemilik warnetnya itu kayaknya nggak peduli. Apalagi waktu dia minta ganti rugi, si empunya warnet malah menunjuk ke sebuah tulisan yang bertuliskan 'Tidak Bertanggungjawab atas Kehilangan Motor atau Sepeda.' Padahal sepedanya temanku itu hilangnya di halaman warnet tersebut. Sudah gitu, yang punya warnet juga tidak menunjukan respeknya. Yah minimal menawarkan sejumlah duit untuk ongkos pulang atau apalah. Dia bahkan dengan entengnya bilang 'Yah di daerah sini emang rawan maling. Udah banyak sepeda yang ilang dek.'
What the...
Benar-benar nggak logis kan? Harusnya ketika tahu hilangnya di halamannya, setidaknya si empunya warnet bisa menawari opsi ganti rugi tanpa diminta. Yah minimal separo dari harga sepedanya. Secara logisnya, yah seperti itulah yang harus dilakukan si empunya warnet tersebut. Tapi sudahlah. Karena menurut penuturan temanku itu, warnet tersebut sudah tutup. Resmi tutup. Mungkin itulah azab dari Tuhan untuknya. Hehehe.
Hingga ketidaklogisan tersebut tak hanya kulihat sendiri, namun juga kualami. Yah aku bahkan mengalami sendiri. Waktu itu, aku baru saja pulang dari kampus. Apesnya, bus yang kutumpangi mendadak menurunkan semua penumpangnya di daerah Palem-Karawaci. Mau tak mau, aku naik angkot buat transit lagi di Cikokol. Nah pas sampai Cikokol, aku turun dari angkot. Segera kukasih uang Rp 5000 ke sopirnya. Begonya, kembaliannya nggak kuminta. Padahal harusnya tarifnya itu Rp 3000. Dan aku baru sadar kalau kembaliannya lupa kuminta itu baru dua jam kemudian dari waktu kejadiannya. Oke, itu bukannya nggak logis lagi. Tapi akunya aja yang kelewat ceroboh.
Itu baru satu contoh. Masih banyak ketidaklogisan yang kualami sendiri. Pernah aku meninggalkan kunci rumah di lubang pintunya, yang masih menempel. Untungnya saat itu, aku baru sadar ketinggalan baru sepuluh menit. Kebayang kalau aku nyadarnya pas lagi di bus. Rumah bisa didatangi tamu tak diundang. Huehehe.
Atau kisah lainnya saat aku mengadu ke operator warnet kalau aku baru saja (merasa) ketinggalan flash disk di warnet tersebut. Pas kembali lagi ke sana, flash disk-ku sudah nggak ada di komputer yang baru saja kupakai. Aku langsung mencak-mencak ke operatornya dan pulang dengan kecewa. Pada saat aku tiba di rumah, aku baru ingat kalau flash disk-nya sudah kulepas dan kutaruh di kantong celana yang sudah kutaruh di keranjang pakaian yang ada di kamar mandi. Itu. awkward. moment. banget.
Tak hanya di dunia nyata. Ketidaklogisan tersebu juga kutemui di dunia maya, khususnya di twitter. Sering kulihat, ada beberapa orang yang suka nulis tweet-tweet kode. Tweet kode itu sama kayak surat kaleng. Bedanya, kalau di tweet kode itu, nama pengirimnya jelas dan yang nggak jelas itu malah orang yang dituju. Contohnya itu, pernah kubaca salah satu tweet seseorang yang berbunyi: 'dekap aku kau ku bully, berani ngelawan kau ku caci' Nah, itu kan nggak jelas banget siapa yang mau dia bully. Dan hal tersebut, sering kualami di situs jejaring sosial twitter. Makanya nggak usah heran kalau ada istilah 'Nulis buat siapa, yang kesindir siapa'.
Itu. absurd. banget.
Jadi kesimpulannya, sinetron yah (mungkin) menggambarkan keadaan sesungguhnya dari masyarakat, Jadi, please, stop bilang sinetron itu nggak logis. Bukan karena aku pecinta sinetron nih, yah tapi karena yang kubilang ada benarnya juga. Apalagi sinetron juga ada gunanya kok. Itu memberikan suatu pelajaran ke anak-anak atau orang-orang yang suka nangis. Ada kan orang-orang kayak gitu?!
Nah sinetron itu sepertinya mau bilang kalau nangis itu adalah aset. Coba lihat saja sendiri. Rata-rata sinetron yang ratingnya tinggi adalah sinetron yang banyak mengumbar adegan nangisnya. Itu kan bisa kasih peluang ke mereka yang gampang nangis untuk ikutan casting jadi pemain sinetron. Hahaha. #DitimpukinBuahBusuk
Perihhh, nonton sinetron kalau ada yang cakep doank. hufff... ada maunya. kwkwkw
ReplyDeleteMenurut gua sih sinetron bukan ga logis, tapi ga guna, hahaha...mending nontonin katak lagi kawin daripada nonton sinetron, hahaha
ReplyDeleteklo sekarang sinetron banyak yg g memberi contoh baik kpd si penonton, dan kebanyakan sinetron nya versinya orang kaya trus, dan judes lg hehehehe..
ReplyDeleteGw sih mending nonton kartun larva dah daripada sinetron, tp kalo FTV kadang gw ntn kalo cweknya cakep.. wokokoko.. Gw sih lebih menyoroti kemonotonan ceritanya yg mudah ditebak. Sinetron trakhir yg suka gw tonton dulu tuh yg fiksi2 kyak Gerhana sama Dan. Kl skrg2 gak ada yg gw minati.. :D
ReplyDeletesinetron itu sekarng udah gak lagi menjual "nilai moral" yg baik tapi hanya mengandalkan kepuasan aja,eh ngmong2 soal tarif angkot aq sering banget gitu loh,malah dia langsung kabur gitu,padahl mau minta kmbaliannya,jadi sekarang siapin duit kecil buat jaga2
ReplyDeletehmmmm klu soal warnet atau warung yang tutup dan menghentikan kegiatan usahanya pas waktu shalat jum'at itu bukan karna idealis kali yah tapi emang perintah dalam agama Islam, karna patuh(sok tau yah aku ????) he.he.he.he ^_^
ReplyDeleteudah nonton stand up comedy aja
ReplyDeleteDuh, dalem banget pemikiran loe tentang sinetron...^^
ReplyDeletewah, ternyata adengan sinetron yang sering amnesia itu terinspirasi darinuel ya?
Wooo serem amat foto flash bapa-bapa berkumisss :))
ReplyDeletegue sampai manggut-manggut gan menyimak postinganya.
ReplyDeletewell, sinetron bukannya gak logis tapi cuma wagu aja. daaan sinetron itu gak pernah mendidik, sekedar hiburan
ReplyDeletewah, tapi kalo disinetron itu hampir semuanya ngga masuk akal. klo dikehidupan nyata kan ngga terlalu banyak kayak disinetron... hhehe
ReplyDeleteMungkin bener sih kalo sinetron itu memperlihatkan hal2 yang emang sering terjadi di kehidupan masyarakat kita.
ReplyDeleteTapi, sayangnya banyak adekan yang sama sekali gak masuk akal dan dibuat terlalu lebay.
Kalo nonton kadang2 jadi gemes sendiri lihatnya :))))
satu satunya hal yang membuatku cukup bangga dengan sinetron indonesia adalah para artisnya yang jago nangissss. diapain aja yaa itu sampe gampang banget nangis gitu.. hihihi... :p
ReplyDeleteAnak muda jaman sekarang sudah teracuni sinetron yang sudah tidak memandang sisi pendidikan dan moral adat ketimuran. Banyak adegan diluar kewajaran. Semoga kita semua bisa memilih hiburan yang sehat untuk diri sendiri, keluarga terutama anak kecil.
ReplyDeleteTK sih tetep ga suka sama sinetron indo...
ReplyDeleteLEBAY....
dan kayanya kamu ga ada hak buat ngelarang orang2 buat ga suka sama sinetron... kan hak2 orang mau suka apa engga... kembali ke selera aja.. lagian ga penting juga kan ngomongin sinetron...
sinetron mah lebay udah dari sananya lagi...
klo TK sih mending nntn sinetron luar... alias serial barat lebih mutu dari cerita dan lain2nya... (kebanyakan lebih entertain)
beda sama sinetron indo yg isinya kebanyakan ribut mulu dan sengasara mulu...
btw klo TK baca dari awal sampe akhir... kayanya agak ga sinkron bro tulisannya... antara sinetron dengan pengalaman2 u... ga ada sangkut pautnya kayanya...
masalah sepeda ilang di depan warnet sih itu bukan salah si warnet lah.... yah kasian donk klo si warnet yg harus gantiin... itu mah kembali ke tanggung jawab masing2... apa lagi di warnetnya udah ada tulisan gak tanggung jawab atas kehilangan barang... so mustinya itu sih antisipasi dari pengunjung...
kalau lupa minta kembalian ongkos bis itu bukannya lebih match jika di sebut 'alpha' alias lupa ?
ReplyDeleteKalau tukang sampah yg tuna netra..bukankah itu hal yg luar biasa?
Ada warung gak mau jual rokok..itu pilihan kan?
#hanya opini pribadi sih
ya emang sih kalo dipikir2 banyak hal yang ga logis
ReplyDeletebahkan aku sering melakukan hal yang ga logis di mata orang lain :D
emang bener sih, tapi yg bikin gue gak suka sama sinetron itu ekspresinya-_____-
ReplyDeletemisalnya si peran jahat dikejar polisi, bukannya lari aja sekenceng kencengnya, malah sempet sempetnya ngomong dulu misal "gue harus lari, mereka gak boleh nangkep gue" baru deh lari-_____-
@ TK: yah namanya buat have fun aja kok bro... ga ada maksud kok buat ngajakin. hahahha... sloww... ^^
ReplyDelete@ ririe: ya elah serius banget mbak.... heheheh.... peace... ^^v
@ john + armae + ziipy + dedy: yup.... ^^
@ aulia: ya itu salah satunya juga kenapa gue ilfeel nonton sinetron
@ arqu: contohnya? :P
@ yus: sebetulnya banyak lagi... hehehe... :P
@ patricia: wagu itu apa?
@ cik awi: manggut2 juga....
@ faizal: serem atau lucu? :P
@ iwan: errrr.... gimana yah? :P
@ naspard: sayang ga begitu suka. hahaha
@ sarie: peraturan sih, tapi kayaknya rata2 kan orang sering ga patuh yah? #maaf
@ randy: ga kebayang kalo lu ngasih duit goban dan ga dibalikin.. hahahaha
@ feby: samaan kita rupanya. :D
@ keven: hahaha
@ fahmi: asik lagi, bukannya perih. hahaha
hehe... mending molor dari pade mantengin sinetron :D
ReplyDeleteKalo sinetron macam "Si Doel Anak sekolahan" oke saya setuju kalo itu merupakan gambaran masyarakat sehari-hari...tapi kalo sinetron-sinetron semacam 'tersanjung" atau cinta fitri atau apalah itu namanya menurut saya kok ya lebay..ceritanya kebanyakan gak masuk akal hehehe
ReplyDeletemas bro berkunjung ke blogku ya..ada award buat kamu..
ga semuanya kok...
ReplyDeletesekarang ini sinetron cenderung glamour....
padahal hampir separoh lebih masyarakat ga hidup kaya gitu....
:P
aq nonton sinetron cm kalo ada yg cakep doank kok...
:P
ahahhahaahahhhh,,,,
ReplyDeletelw gw nonton sinetron yah pilih2 dulu,,,
yg berkualitas gtu..
heheee
MAMPIR ke blog qu yah,,,
slamet mnikmati
aku kurang suka nonton sinetron apalagi yg srtiping, palingkalau noton FTV yg sekali habis walaupun ceritanya suka jiplakan dari film2 luar :)
ReplyDeletesalut warung berani ga jual rokok
ReplyDeleteKalo sinetron aku paling suka nonton episode-episode awalnya doank, ujung-ujung pasti bosan karena alurnya yang langsung bisa ketebak itu :(
ReplyDeletepersonally, untuk masalah persinetronan jika kecenderungannya hiburan ya gue sih setuju aja, cuma sekarang lebih kearah yang lain kayak boyband dan lainnya itu, lebih 'enggak' gitu
ReplyDeletein a way, gua setuju juga lho ama lu...
ReplyDeletewalaupun emang sinetron itu keliatannya hiperbola/lebay, tapi sebenernya di kehidupan sehari2 kadang ada aja hal2 aneh seperti di sinetron juga kan... walaupun tentu gak sering.
yah namanya acara tv ya pasti harus di-lebay-lebay-kan biar seru kan. kalo datar2 aja, mana seru ditonton. hahaha.
@ arman: hahaha... iya sih di kehidupan nyata, adegan2 ga logisnya gak sebanyak di sinetron... :D
ReplyDelete@ urkhan: maksudnya enggak itu apa yah?
@ lidya + chici + ario: aku juga sama.. ^^
@ i luv: oke.. ^^
@ dihas + belo: setuju...
@ sigit: sekarang udah jarang yang kayak gitu mas... :(
menurut aku itu ga logisnya bagaikan dunia hanya sebesar daun kelor.
ReplyDeleteorangnya itu-itu mulu.. anaknya ketukerlah, kecelakaanlah terus ada yg mirip, amnesia, terus yg nolong taunya anak dr ibunya yg hilang lah.. disambung2in aja dilingkaran itu -____-