Sekitar tanggal 24 lalu, gw baca blog seseorang. Ok mending ga usah gw sebutin. Gw gak mau bikin masalah lagi. Tapi kalo kalian maksa gw nyebutin, ok, ini gw sebutin linknya: PIRING (Ini biar dibilang gak HOAX loh! :p)
Tapi sih, sebetulnya yang mau gw bahas itu adalah isi tulisannya dia. Tulisannya dia itu diikutsertakan dalam sebuah kontes blog. Dan di dalam tulisannya, dia mengkritik soal penggunaan EYD di kalangan blogger.
Ada sebagian isi tulisannya yang menurut gw daleeeeeem bangeeeeet. Ngena banget sama gw. Di sana dia bilang kalo dia nemu sebuah blog yang ringan, widgetnya ga berlebih, tapi EYD-nya buruk. Dia bilang sih, si empunya blog gak mempunyai pemahaman kebahasan yang baik.
Selain itu, di salah satu balasan komentarnya, dia juga ngeritik blogger-blogger yang usianya 20 tahun masih menggunakan bahasa lu-lu, gw-gw.
Ok, gw ga tau maksudnya dia siapa. Tapi kali ini, gw nulis argumen ini sekaligus buat mereka yang merasa 'terdzolimi' sama kata-katanya dia. Langung aja.
Begini. Kebanyakan blog yang gw liat itu adalah personal blog. Personal blog yang lebih mengarah ke online diary. Jadi, karna blognya personal, yah suka-sukanya dia dong mau gunain bahasa yang kayak gimana. Kalo mereka nyaman, kenapa enggak?
Bisa aja kan usianya dia udah 20 tahun ke atas, tapi merasa enjoy menggunakan bahasa slangnya Indonesia di blognya. Mungkin karna sehari-hari dia udah terbiasa berbahasa seperti itu, yah jadinya imbasnya ke tulisan-tulisan dia di blog. Apalagi blognya dia kan juga blog personal dan bukan sebuah karya tulis ilmiah.
Beda yah sama orang yang ngeblog karna membawa sebuah misi tertentu. Misalnya, untuk didaftarkan ke Google Adsense atopun isi blognya yang bukan online diary. Gw sering liat blog-blog seperti itu dan gwnya juga ga bisa ngeritiknya. Haknya dia mau bikin blognya itu seperti apa. Dia mau bikin blog dengan tema hukum kek, tema IT kek, tema religi kek, itu haknya dia. Gw hanya bisa berkunjung dan ninggalin jejak (baca: komentar).
Gw juga sering juga liat blog-blog dengan bahasa slangnya Indonesia maupun bahasa daerah (Gw nemuin satu blog yang pake bahasa daerah: Bahasa Makassar. Cek di sini). Ada beberapa blogger yang udah bekerjapun masih gunain bahasa lu-lu, gw-gw. Yah mungkin aja dia udah nyaman dengan bahasa seperti itu. Ketimbang dia nulis dengan bahasa formal, tapi selamanya dia gak nyaman nulis di blognya sendiri, kan lebih baik nulis dengan bahasa yang digunakan sehari-hari. Betul, tidak?
Gw sendiri dulu di awal-awal ngeblog, bahasa yang gw pake itupun juga bahasa formal. Bisa di cek di : Tuhan Maha Tahu atau di Traffic Jam. Tapi setelah gw pikir-pikir, ini bukan gaya gw. Ini bukan gw banget. Gw gak nyaman dengan gaya bahasa seperti ini. Akhirnya setelah beberapa postingan dengan gaya bahasa hampir mengikuti EYD, gw mutusin untuk gunain bahasa yang gw pake sehari-hari. Kalian bisa obrak-abrik arsip blog ini untuk membuktikan perkataannya gw ini. Pengecualiannya sih hanya kalo gw lagi ngikutin sebuah kontes blog, sih. Mau gak mau kan tulisannya gw disesuain sama persyaratannya si pembuat kontes. Hehehe....!
Lagian gw ngeblog itu sebetulnya hanya untuk ngeluarin 'sedikit' isi dari otak gw dan sharing apa yang gw alamin. Ato kalo bahasanya, Reynard, 'Cuma mau menghidupkan bagian kecil dalam otak yang selalu ingin bermain.' (Rupanya dia copas kata-katanya Jerry Seinfeld). That's it.
Maka dari itu untuk mempermudah transfer isi otak ke blog, gw kan kudu nyamanin diri dulu dong. Kalo gw nya aja gak nyaman sama gaya bahasa yang gw pake, yah nanti tulisan gw nanti bakal terasa kaku banget. Nuansa gwnya tuh malah gak keluar sama sekali. Padahal kan Immanuel's Notes ini personal blog, online diary.
Jadi inti dari tulisan gw kali ini adalah penggunaan bahasa di blog itu hak prerogatifnya yang empunya blog. Dia bebas nentuin mau pake bahasa kayak gimana. Mau pake bahasa gaul silakan, mau pake bahasa daerah juga silakan. Biarkan mereka nyaman dengan blognya mereka sendiri. :) Karna mereka juga bebas nentuin mau dibawa ke arah mana blognya.
PS: Asli, hati gw panas waktu baca tulisan orang itu di blognya. Aaaargggh!!!
Tapi sih, sebetulnya yang mau gw bahas itu adalah isi tulisannya dia. Tulisannya dia itu diikutsertakan dalam sebuah kontes blog. Dan di dalam tulisannya, dia mengkritik soal penggunaan EYD di kalangan blogger.
Ada sebagian isi tulisannya yang menurut gw daleeeeeem bangeeeeet. Ngena banget sama gw. Di sana dia bilang kalo dia nemu sebuah blog yang ringan, widgetnya ga berlebih, tapi EYD-nya buruk. Dia bilang sih, si empunya blog gak mempunyai pemahaman kebahasan yang baik.
Selain itu, di salah satu balasan komentarnya, dia juga ngeritik blogger-blogger yang usianya 20 tahun masih menggunakan bahasa lu-lu, gw-gw.
Ok, gw ga tau maksudnya dia siapa. Tapi kali ini, gw nulis argumen ini sekaligus buat mereka yang merasa 'terdzolimi' sama kata-katanya dia. Langung aja.
Begini. Kebanyakan blog yang gw liat itu adalah personal blog. Personal blog yang lebih mengarah ke online diary. Jadi, karna blognya personal, yah suka-sukanya dia dong mau gunain bahasa yang kayak gimana. Kalo mereka nyaman, kenapa enggak?
Bisa aja kan usianya dia udah 20 tahun ke atas, tapi merasa enjoy menggunakan bahasa slangnya Indonesia di blognya. Mungkin karna sehari-hari dia udah terbiasa berbahasa seperti itu, yah jadinya imbasnya ke tulisan-tulisan dia di blog. Apalagi blognya dia kan juga blog personal dan bukan sebuah karya tulis ilmiah.
Beda yah sama orang yang ngeblog karna membawa sebuah misi tertentu. Misalnya, untuk didaftarkan ke Google Adsense atopun isi blognya yang bukan online diary. Gw sering liat blog-blog seperti itu dan gwnya juga ga bisa ngeritiknya. Haknya dia mau bikin blognya itu seperti apa. Dia mau bikin blog dengan tema hukum kek, tema IT kek, tema religi kek, itu haknya dia. Gw hanya bisa berkunjung dan ninggalin jejak (baca: komentar).
Gw juga sering juga liat blog-blog dengan bahasa slangnya Indonesia maupun bahasa daerah (Gw nemuin satu blog yang pake bahasa daerah: Bahasa Makassar. Cek di sini). Ada beberapa blogger yang udah bekerjapun masih gunain bahasa lu-lu, gw-gw. Yah mungkin aja dia udah nyaman dengan bahasa seperti itu. Ketimbang dia nulis dengan bahasa formal, tapi selamanya dia gak nyaman nulis di blognya sendiri, kan lebih baik nulis dengan bahasa yang digunakan sehari-hari. Betul, tidak?
Gw sendiri dulu di awal-awal ngeblog, bahasa yang gw pake itupun juga bahasa formal. Bisa di cek di : Tuhan Maha Tahu atau di Traffic Jam. Tapi setelah gw pikir-pikir, ini bukan gaya gw. Ini bukan gw banget. Gw gak nyaman dengan gaya bahasa seperti ini. Akhirnya setelah beberapa postingan dengan gaya bahasa hampir mengikuti EYD, gw mutusin untuk gunain bahasa yang gw pake sehari-hari. Kalian bisa obrak-abrik arsip blog ini untuk membuktikan perkataannya gw ini. Pengecualiannya sih hanya kalo gw lagi ngikutin sebuah kontes blog, sih. Mau gak mau kan tulisannya gw disesuain sama persyaratannya si pembuat kontes. Hehehe....!
Lagian gw ngeblog itu sebetulnya hanya untuk ngeluarin 'sedikit' isi dari otak gw dan sharing apa yang gw alamin. Ato kalo bahasanya, Reynard, 'Cuma mau menghidupkan bagian kecil dalam otak yang selalu ingin bermain.' (Rupanya dia copas kata-katanya Jerry Seinfeld). That's it.
Maka dari itu untuk mempermudah transfer isi otak ke blog, gw kan kudu nyamanin diri dulu dong. Kalo gw nya aja gak nyaman sama gaya bahasa yang gw pake, yah nanti tulisan gw nanti bakal terasa kaku banget. Nuansa gwnya tuh malah gak keluar sama sekali. Padahal kan Immanuel's Notes ini personal blog, online diary.
Jadi inti dari tulisan gw kali ini adalah penggunaan bahasa di blog itu hak prerogatifnya yang empunya blog. Dia bebas nentuin mau pake bahasa kayak gimana. Mau pake bahasa gaul silakan, mau pake bahasa daerah juga silakan. Biarkan mereka nyaman dengan blognya mereka sendiri. :) Karna mereka juga bebas nentuin mau dibawa ke arah mana blognya.
" Bukankah lebih indah melihat banyak blog dengan beraneka ragam bentuk dan bahasa? Bukankah itu semakin menggambarkan dunia nyata yang kompleks? "
PS: Asli, hati gw panas waktu baca tulisan orang itu di blognya. Aaaargggh!!!
ak suka sama kutipan ini "Cuma mau menghidupkan bagian kecil dalam otak yang selalu ingin bermain" :D
ReplyDeletehmm ... "pembaca boleh kritik tapi pembaca gg bakalan ngurus blog ak juga ya" kasarnya gitu dan setuju klo penggunaan bahasa serta gaya tulis kembali ke empunya masing-masing dan karena blog ak termasuk diary, gg lucu juga klo terlalu baku, seperti kata iklan "be confidence and just be yourself"
OOT : kelupaan kak hhehhe mau bilang pace itu kecepatan :D
ReplyDeleteyup be yourself aja :)
ReplyDeletesapa s tuh sok banget. Dokter gigi gaul yg setua itu aja msh suka pk lu lu gw gw ya nuelsapa s tuh sok banget. Dokter gigi gaul yg setua itu aja msh suka pk lu lu gw gw ya nuel
ReplyDeleteLho kok bisa gitu, kalau begitu ngeblog itu sama dengan "pembunuhan karakter" sangat bertentangan dengan kreativitas. Setiap orang punya karakter yang berbeda dan sesuai dengan isi hati mereka, pembatasan-pembatasan dalam dunia tulis menulis hanya akan menjadikan tulisan menjadi kaku dan tidak bermutu.
ReplyDeletetapi 'otak yang bermain' tuh ide-nya Jerry Seinfeld. Mantep tuh orang... :)
ReplyDeletesetubuh gue sama loe.
ReplyDeleteselama itu adalah personal blog dan bukan karya tulis ilmiah, sah2 aja pake bahasa gaul ataupun sehari-hari. dan yang paling penting adalah rasa nyaman sewaktu menulis. :D
Sudah... Sudah... Jangan merasa panas hati, Iman. *pukpuk*
ReplyDeleteGini, kalau menurut gue sih terserah aja blogger mau gimana cara nulisnya. Mau mematuhi atau mengabaikan EYD. Mau menulis formal atau santai. Tergantung dia membidik segmen pembacanya siapa. Dan pastinya tergantung bloggernya juga orangnya bagaimana.
Nanti tergantung pembacanya kan dia suka atau tidak dengan blog tersebut? Kalau dia gak suka dengan blog yang terlalu formal, mungkin dia gak akan pernah datang lagi ke blog itu. Atau kalau dia gak suka dengan blog yang "lu-lu, gw-gw" dan bahasanya berantakan, ya dia gak akan datang lagi toh? Ini semua masalah selera gue rasa. Dan gue percaya, selalu ada pasar untuk segala sesuatu.
Mungkin Hani bermaksud baik untuk mengingatkan kita agar nulisnya lebih rapi, meski ini blog. Tapi, dia mungkin lupa kalau blog bukan media seperti koran dan majalah dimana EYD dituntut sempurna. Mungkin Hani juga lupa kalau blog bukan academic paper. Blog bukan tempat kuliahan atau sekolah dimana kita memang wajib untuk menulis sesuai dengan EYD. Tapi, blog memang tidak ada salahnya digunakan sebagai media untuk kita berlatih memakai EYD.
Kerasa kan bedanya? :D
Mungkin ada baiknya lo baca tulisan ini: http://amed.wordpress.com/2011/06/26/eyd-ejaan-yang-dipaksakan/
Dan gue sangat setuju dengan apa yang ditulis oleh Mas Amed di sana. :)
benernya seh terserah blogger yg punya blog. mau pakai bahasa apapun itu adalah hak pribadinya. salam kenal :)
ReplyDeletePembaca punya hak bukan mengkritik, kita sebagai blogger juga punya hak buat mempertahankan jati diri (ceileh bahasanya hehe). So, biarkan orang mau bilang apa yg penting kita jangan trpengaruh dengan suasana alias ga usah emosi. Jadi diri sendiri ajah.
ReplyDeleteKalau saya berusaha pakai EYD meskipun belum sempurna, karena saya pingin tulisan saya dibaca orang luar sana. Kalo pake EYD khan mbah Gugel lebih mudah Translatenya hehehehe
kalau di blog sih saya menulis senyaman saya, tetapi juga diusahain ga ada typo. Eydnya juga ga terlalu dipikirin. Akan tetapi ketika saya menulis cerpen untuk dilombakan atau dikirim ke majalah baru akan memperhatikan penulisan dan eydnya.
ReplyDelete@ aje: yup, lu sama kayak gw.... gw juga kayak gitu. :D
ReplyDelete@ tarry: yah, kita blogger juga punya hak untuk mempertahankan jati diri. Hargai itu! Hahaha...
@ hot: salam kenal juga...
@kimi: ini komen terpanjang yang pernah gw terima setelah komennya TK. hahaha.... yah gw juga bisa ngerti sih maksudnya baik, tapi kepala udah esmosi duluan. jadinya susyaaaah untuk berpikir jeeerniiiiih... heehehehe.... tapi sih gw juga setuju sama yang bilang dari mas amed. tapi kalo soal EYD, i know lah mana yang baku dan gak baku. juga tau cara bikin sebuah paragraf yang kohesi dan koheren. lagian kan ada saatnya dong kita gunain bahasa selain bahasa formal, salah satunya di blog. plus sejak gw lahir ampe segede ini, bahasa yang gw ajarin tuh bahasa informal, bukan formal. gw lebih diajarin kata 'enggak' ketimbang 'tidak', kata ' cuek' daripada 'acuh', dan masih banyak kata2 lainnya yang gw dapet. di waktu sehari2 pun gw gunain bahasa informal. jadi buat apa gw gunain bahasa formal di blog yang notabene personal dan TAK DIBAYAR?
@ yus: makasi.. :D
ReplyDelete@ nard; thank's koreksinya... :D
@ rubiyanto: yup, itu juga mau saya sampaikan. thank's. :D
@ inggit: iya tuh sok bangeeeet.. :(
Gw tau blog yg dimaksud, dan gw pernah kesana biarpun gak sering karena yg punya emank gak gitu sering juga ketempat gw jadi memori otak gw yg rendah ini gak bisa ng'bookmark linknya untuk gw kunjungin tiap kali ngeblog hhe...
ReplyDeletepertama, coba cek kamus bahasa besar bahasa indonesia dulu, cukup tau aja lu (loe, lo) dan gw(gue) itu adalah kata yg sudah diakui sebagai bahasa baku, jadi klo dia bilang lu dan gue itu bukan baku aertinya pemahaman bahasanya masih cetek *maaf gak maksud menghina
kedua, buat gw asal gw nyaman sama blog yg gw punya, gw gak gitu perduli orang mau ngomong apa, toh mereka pun gak mau kan klo gw bilang blog lu gini dan blog lu gitu?
ketiga, Bapak gw aja yg umurnya udah bangkotan klo ngobrol sama gw kadang gw elo jadi lu dan gue itu gak mempengaruhi makna sopan di indonesia...
keempat, klo pun nulisin blog pake kata saya gak berarti itu jadi sesuatu yg baku kan? cek aja blog gw biarpun kebanyakan gw make kata saya tetep aja isinya gak ada baku2nya karena nulisnya pun suka2 gw bukan karena gak ngerti mana yg baku mana yg nggak tapi karena emank itu blog gw jadi suka2 gw mau nulisinnya gmn... yg penting waktu gw mampir ke blog yg bahasanya baku gw bisa nanggapin secara baku kan? urusan gw nulis ngawur ya seenaknya gw aja... ketimbang gw copas kata2 baku dari kompas.com trus gw publish tanpa link dan gw hak milikin jadi punya gw parah mana? itu lebih gak punya etika ngeblog buat gw...
Kelima, Blog bukan portal... jadi bahasanya pun gak perlu lu samain ama portal...
Enough,
happy sunday brow...
nyahahahah... :P
ReplyDeletegak usah emosi kali.. :P
ya emang bener, blog itu hak2nya si empunya, mau diisi kayak apa kek, tulisannya kayak apa, pembaca hanya sebatas bisa ngritik, ngasih saran, dan ngomen..
benar sekali, tidak ada aturan yang diharuskan dalam menyajikan tulisan dalam blog ..
ReplyDelete*asalkan masih mempunyai etika blogging ..
kita para blogger hanya bertugas, menyajikan cerita, kalo pengunjung suka yak silahkan dibaca, kalo gak suka tulisannya atao EYD nya, silahkan ditinggal ..
begitulah blogger ..
Wah, kalo menurutku sih masalah pengunaan bahasa itu hak mutlak si empunya blog ya. Kecuali kalo dia memperhatikan nilai pasar, jadi nurutin konsumen gitu..
ReplyDeleteQuote of the day :D "Ketimbang dia nulis dengan bahasa formal, tapi selamanya dia gak nyaman nulis di blognya sendiri"
ReplyDeleteQuote of the day :D "Ketimbang dia nulis dengan bahasa formal, tapi selamanya dia gak nyaman nulis di blognya sendiri"
ReplyDeleteGw bakal pake EYD kalo korupsi di Indonesia sudah diberantas (nyambung gak argumen gw??)
ReplyDeleteWell, tergantung jenis postingan, di blog gw juga banyak postingan yang pake EYD tapi topiknya yang serius.
Kalo untuk postingan goblok-gokblokan mah kalo pake EYD "goblok"-nya kurang berasa... yomaan!
Pernah nuel, gue bikin postingan gak pake "lu-gue" tapi pake "saya-anda", sumpah jadinya aneh banget. Bukan maksud gue ngerendahin penggunaan "saya-anda", tapi gue ngerasa gak cocok aja. Menggunakan "saya-anda" tapi tulisan gue kebanyakan "melenceng". Ya lu tau lah nuel..
ReplyDeleteJadi seharusnya itu gak jadi masalah, iya gak? :)
hehe, setuju sama opini kakak :D
ReplyDeleteaku juga pernah dapet komen dari orangnya itu, tentang MP3 di blog, sejak dihapus, huhu blogku jadi sepi deh -,-
menurutku sih emang terserah yg empunya blog. mau pake lu gw atau bahasa daerah atau bahasa planet. suka2 dia lah.
ReplyDeleteuntung saya ga baca. kalo baca, jleb! kena banget dah. ga paham EYD, dan ga konstan mau aku, saya, gue, I..hahaha
ReplyDeletetapi toh, yang penting saya hepi.. :))
kayaknya tu tulisan bakal juara soalnya banyak yg ngerespon :p
aduhhh kaga mau ikut2 ahh pura2 kaga baca aja.... (^_^)V
ReplyDeleteGua tau blog yg dimaksud dan gua juga baca soal hal itu. Menurut gua sih penulisnya cuma mau mengungkapkan opini aja, jadi bukan berarti hal itu menjadi dasar kaidah tetap dalam ngeblog. Gua sih fine2 aja tuh dan sama sekali ga bermaksud merubah gaya gua menulis cuma karena ada orang yg opininya ga setuju dengan hal itu. Idup gue, blog gue, suka2 gue, hahaha.
ReplyDeleteSantai aja kawan, sini gua belai2 punggung lu, hehehe
@ keven: hahaha... tapi tetep aja ven tulisannya dia jleb-jleb banget. haahaha
ReplyDelete@ adittya: udah komen, brarti lu ikut2an. hahahha... becanda....
@ sukro: yah, yang penting hepi aja. ga usah mikirin EYD. :D
@ mba fanny: setuju.... ^^
@ patrizia: yah saya ingat dia pernah menulis soal itu. hehehe...
@ iam + samuel + andrie: bener bangeeet.... :D i'm totally agree
@ fellicia: thank's udah suka kata2nya. :D
@ adryan: udah terlanjur panaaas. hehehhe
@ ferdinand: yang pertama gw malah baru tau,. hehhehe.... yang keempat setuju banget. daripada kita kopas, mending bahasanya bahasa gaul tapi hasil pemikiran kita sendiri. :D lagian hampir sehari2 kan kita pake bahasa informal. :D
ReplyDeleteSETUJUUUUUUUUUUUUU!!!!
ReplyDeletesaat gue baca postingan ini pun hati gue bergejolak. *halah*
terserah orang dong ya mau pake bahasa kayak gimana, yg penting itu kenyamanan.
kalo gue misalnya, ngeblog itu buat refreshing otak. untuk menghibur diri. melupakan sejenak urusan2 perkuliahan. yaa.. kalo pake bahasa yg formal sama aja.
#ESMOSEH..
eh, btw.. frontal juga ya sampe naro link nya gitu? hahaha
iya sih rada frontalm tapi itu juga biar ga dikira hoax. hehehe....
ReplyDeletewah rame nih..o iya, nuel gak lebaran ya? tadi dah mau ucapin met lebaran hehee..
ReplyDeletewah bukan kamu lo yang saya maksud. Bahasa gaul juga bisa benar secara EYD. Nah karena saya tak mau yang bersangkutan tersinggung seperti kamu sebelumnya saya jadi menuliskan di blog saya. Saya tidak bermaksud frontal sama kamu. Contohnya penggunaan: 'gw' yang tidak baku. Tapi penulisannya kan digabung dear. Tidak dipisah jadi 'g w'. Nah yang seperti ini yang kadang membuat saya merasa perlu diperhatikan. Karena penulisan yang salah, mau bahasanya baku atau gaul, persepsi kita kan jadi salah kalo membaca penulisan yang demikian. :)
ReplyDeletehahaaha.. masih aja dibahas.... saya juga udah melupakan koq. hahaa
ReplyDeleteyah saya ngerti. apalagi saya anak hukum yang penggunaan kata-kata benr-bener diperhatikan. salah kata, beda persepsi. ngertilah saya mbak. hehehe