Wah, judul novelnya mirip seperti novel aku, "Tak Sambat". Itu, loh, yang ada di gambar pertama, yang berada di atas. Senang, deh, melihatnya. Apakah si Author pernah terinspirasi dari "Tak Sambat"?
Hahaha.
Aku sih santai. Mencari ide itu juga sulit. Puji Tuhan, andaikan memang novel "Sambat" (sedikit) terinspirasi dari "Tak Sambat". Aku tidak seperti beberapa penulis yang terkesan mengamuk saat idenya dicuri. Mirip sedikit, langsung tuduh plagiat. Oh, aku tidak seperti itu. Santai.
Yang sesantai aku yang tidak peduli MBTI aku apa. Iya, kalian tidak salah membacanya. Aku sama sekali tidak peduli MBTI aku apa. Belum pernah ikut tes MBTI yang secara resmi (yang konon harus mendatangi profesionalnya, yah?!). Dulu, aku juga tidak terlalu ingat, pernah coba ikut tes semacam MBTI. Namun, itu bagian dari media sosial Facebook. Tidak terlalu aku teruskan juga. Makanya, aku tidak tahu hasilnya apa. Yang sampai sekarang, aku tidak tahu MBTI aku apa, dan memilih untuk tidak mengetahuinya sama sekali. Kupikir, kurang begitu berguna juga, jika aku mengikuti tes di usia 30-an seperti ini.
Paragraf sebelumnya itu merupakan jawaban aku untuk pertanyaan yang datang ke arah aku. Beberapa hari lalu, ada yang bertanya kepada aku, MBTI aku apa. Aku jawab, tidak tahu dan tidak peduli. Dia malah berkata, aku orang aneh. Lalu, aku tertawa dan posting di Instagram, yang hanya mau menyampaikan bahwa aku tidak tahu MBTI aku apa dan memilih untuk tidak mempedulikan tentang MBTI.
Yang selanjutnya, untuk gambar kedua, terima kasih untuk Meutia Amanda yang sudah posting dan menjawab pertanyaanku. Jujur, pertanyaan aku kepada Meutia Amanda itu pernah aku alami beberapa tahun yang lalu. Mungkin sekitar 10-11 tahun yang lalu. Aku pernah serajin begitu belajar Bahasa Jepang dan Bahasa Korea demi sesuatu hal yang tidak pasti (yang dalam hal ini, crush). Alhasil, karena motivasiku kurang kuat, pelajaran Bahasa Jepang aku sempat aku tinggalkan. Wah, dulu itu, saat masih belajar Bahasa Jepang, sudah lumayan jauh pemahaman aku. Sudah sampai 'membuat kalimat pengandaian dalam Bahasa Jepang'.
Begitulah, dan untuk yang terakhir, selamat kepada Adham Fusama karena novelnya naik cetak lagi. Yeay, turut senang aku mendengar "Gerbang Dua Semesta" akhirnya masuk rak toko buku nasional juga. Aku pun turut berdukacita karena Adham baru saja kehilangan ayah kandungnya.
Pengin, deh, kelak bisa seperti Adham juga. Bisa menyelenggarakan acara bedah bukuku sendiri. |
Comments
Post a Comment
Pembaca yang baik adalah yang sudi mau meninggalkan komentar. ^_^
Nice reader is the one who will leave lot of words in the comment box. ^_^