Seperti Ilmu Padi

 

Kisah di bawah berikut ini mirip seperti kisah Thomas Alfa Edison yang sempat dianggap idiot hanya karena suka bertanya hal-hal yang menurut gurunya tak perlu dipertanyakan.

Ketika dia berusia 15 tahun, gurunya menyarankan agar dia keluar dari sekolah dan mendalami ketrampilan khusus saja, karena dia dinilai terlalu bodoh untuk bisa menyelesaikan pendidikannya. Dia pun percaya bahwa dia bodoh dan menuruti kata gurunya.

Akhirnya selama 17 tahun, dia hidup luntang-lantung, kerja serabutan, bertindak layaknya orang bodoh, dan mau saja dicap bodoh. Hingga suatu kali dia mengikuti tes IQ, dan ternyata ternyata IQ-nya sangat tinggi, yaitu 161.

Sejak itu dia mulai bertindak layaknya orang yang memiliki IQ tinggi. Dia mulai banyak membaca buku, menulis buku, mendapatkan sejumlah hak paten atas karyanya, dan bahkan diangkat menjadi Ketua International Mensa Society, suatu perkumpulan yang mensyaratkan anggota wajib memiliki IQ minimal 140.

Kehidupannya pun berubah, yang semula Victor Serebriakoff dinilai bodoh, sekarang semua orang tahu bahwa dia jenius. Ibarat pepatah yang berkata: "Burung boleh terbang di atas kepala kita, tetapi jangan sampai dia bersarang disana", maka kita juga tidak boleh membenarkan semua omongan negatif orang lain tentang kita. Karena kita hidup bukan apa kata orang, tetapi apa kata Tuhan. Tuhan menciptakan kita untuk jadi orang luar biasa, bukan biasa-biasa saja.

Bertahan dari anggapan-anggapan negatif orang lain, memang susah. Akan tetapi, lebih susah lagi untuk tidak congkak setelah berhasil mematahkan seluruh anggapan negatif tersebut. Jika dipikirkan lagi, ilmu padi itu tak mudah untuk diterapkan. Ada banyak godaan untuk congkak. Bahkan, seringkali kita tidak sadar jika kita sudah bersikap congkak ke sesama manusia. 

Ilmu padi:

"Makin berisi, makin merunduk. Sebelum berisi, sering dianggap remeh."

Random, yah, tulisan ini? Tak jelas sedang membahas apa. Yah, namanya juga tulisan ngalor-ngidul, yang sebagai bahan pengingat yang menulis saja.