Tiga Tahun Sudah Sang Satria Sudah Pergi untuk Selamanya

 





"Kalau nggak percaya, ya udah, lah, diem aja. Jangan bikin pusing kepala orang. Bikin mood naik-turun aja, lu ini." - Dias













Tanggalnya tidak pernah dilupakan oleh aku. 23 Oktober 2018. Di tanggal tersebut, Dias meninggal dunia. Menurut pengakuan orang-orang terdekat Dias, di hadapan kedua orangtuanya, badan Dias ambruk dan sempat dilarikan ke St. Elisabeth Hospital yang sekitar lima belas menit waktu tempuhnya ke rumahnya yang berada di Perumahan Bekasi Permai.

Sebelum meninggal, Dias sempat berceloteh tentang politik dan hukum, lalu menimbulkan kegaduhan. Berbarengan dengan itu, di awal bulan Oktober, sempat terjadi gempa di Sulawesi. Masih teringat bencana alam di Palu dan Donggala. Selanjutnya, satu minggu sebelum meninggal, salah seorang teman berkata bahwa jalan Dias sudah lemah dan sempoyongan, yang sesekali memegangi perutnya. Seterusnya, satu hari sebelum meninggal, apa ini perasaan aku atau bukan, hujan lebat mengguyur Jabodetabek selama kurang lebih enam jam (atau lebih?). Kalau aku tidak salah ingat, hujan dimulai pada pukul 17:00.

Tentang Dias, aku memilih untuk menuangkannya ke dalam bentuk novel yang berjudul "Días Amoras de Angel". Silahkan dibaca, yah.











Belum sampai di situ, keanehan-keanehan terus berlanjut. Dua bulan kemudian setelah Dias meninggal, angin puting beliung di Bogor. Ada pula tsunami di Serang yang sempat membuat nyawa guru SD aku nyaris terancam. 

Memasuki tahun 2019, banyak peristiwa penting terjadi. Di bawah berikut ini merupakan segelintir dari peristiwa-peristiwa penting setelah Dias meninggal. Masih terngiang-ngiang di kepala ini, sederetan peristiwa penting itu yang seperti:


  1. Pada bulan Maret, Tulang Abner meninggal. Anehnya, beliau mendadak sakit keras setelah meminjamkan aku uang. 
  2. Salah satu dosen fakultas Hukum meninggal dunia di bulan Mei. Selamat jalan, Pak Lauren.
  3. Bu Asmin terpilih menjadi dekan di fakultas Hukum Atmajaya.
  4. Salah seorang teman SMP, Suhandi meninggal dunia di bulan Mei. Satu bulan sebelumnya Suhandi membuka akun Facebook, lalu meng-add akun aku. 
  5. Papi terkena Demam Berdarah Dengue di bulan Juni. Saking kritisnya, aku sempat diminta untuk mencari sop biang atau B2. Tulang Hinsa sempat menjenguk beliau.
  6. Tulang Hinsa meninggal dunia di bulan Agustus. 
  7. Masih teringat kejadian mati listrik massal di awal Agustus, yang seminggu kemudian, terjadi gempa di Banten.
  8. Mas Pondi akhirnya mengakhiri masa lajangnya dengan menikahi teman gerejanya, Mbak Devi. 
  9. Oh iya, lupa, di bulan Juni 2019, salah seorang teman sempat mengajari aku tentang trading.
  10. Di bulan Oktober, ayah Aris yang bernama Pak Giyanto meninggal dunia. Baru saat itu, aku melihat wajah Pak Giyanto yang sering disebut-sebut Dias.
  11. Salah satu paman Dias yang menjadi seorang pastur, merayakan ulang tahunnya yang gemerlap di gereja Katolik yang berada di kawasan Lubang Buaya. Sejak Dias kali pertama menceritakan mengenai Pak De Hadiwijaya di tahun 2016, di bulan Oktober 2019 itulah, aku kali pertama melihat wajah Pak De Hadiwijaya tersebut.
  12. Hujan badai yang melanda Jabodetabek di akhir November 2019. Di komplek aku, satu pohon tumbang. Pagar rumah orang ikut rusak parah. 
  13. Menjelang Natal, suami dari Ibu Purba meninggal dunia.


Ah, sebetulnya masih banyak peristiwa lainnya. Yang aku masih ingat hanyalah tiga belas peristiwa itu saja. Bukan perkara ingat-mengingat, aku merasa tiga belas peristiwa tersebut berkaitan dengan kematian Dias. Mungkin aku keliru. Apalagi setiap orang pernah melakukan kekeliruan. Tolong maafkan atas segala kekeliruan dan/atau kekhilafan aku selama ini. 

Begitupun dengan Dias. Aku tahu Dias sepertinya memiliki banyak musuh. Banyak juga Dias melakukan sesuatu yang menyakiti hati. Tolong diampuni. 

Untuk Dias, selamat jalan. Maafkan aku yang tidak sempat mendatangi misa requiem kamu. Aku menggantinya dengan berziarah ke TPU Pondok Kelapa di Februari 2020. Aku juga senang telah membantu perkara cinta rahasia kamu dengan seorang perempuan. Melihatmu tersenyum, aku sangat puas. Aku sangat tulus membantumu terkait persoalan asmara kamu yang sangat njlimet

Di bawah berikit ini merupakan sederetan foto yang berkaitan erat dengan tiga belas peristiwa penting setelah Dias meninggal. 


















































































Banyak hal negatif tentang Dias yang aku dengar. Akan tetapi, dari lubuk hati aku, aku percaya  Dias  orang baik yang aneh; orang aneh yang baik. 

Selamat jalan,  Bro. Tenanglah di sana. 

Beriku ini sedikit anekdot yang menurut aku, cukup berhubungan ke Dias: Gabriel Lagi Nyapres (Sampai Bikin Gaduh) Lucu kali guyonannya, yang lebih lucu daripada guyonan 'orang baik tersakiti' tersebut. 

Omong-omong, aku sebetulnya tidak percaya dengan kata-kata 'orang jahat adalah orang baik yang tersakiti'. Bagiku, itu adalah sesuatu hal konyol yang tidak layak untuk ditertawakan sama sekali. Kadang aku berpikir secara nakal bahwa kata-kata itu sengaja diciptakan demi satu tujuan yang menurutku kurang baik. 

Yup, seperti quote di awal post, kalau tidak percaya, abaikan saja. Jangan malah menyerang kehidupan pribadi orang tersebut. Yuk, mari saling tolong dan tebar kebaikan.

Minggu depan aku jelaskan kenapa Dias disebut sebagai seorang satria. 







Comments

PLACE YOUR AD HERE

PLACE YOUR AD HERE
~ pasang iklan hanya Rp 100.000 per banner per 30 hari ~