23 Oktober 2015. Itu adalah tanggal kematian dari seorang Kristoforus Bramandias. Ia mati cukup tragis. Yang kuingat, Dias mendadak ambruk di depan kedua orangtuanya. Sebelum meninggal, satu hari sebelumnya, entah di Tangerang, entah di Bekasi, turun hujan lebat selama enam jam lebih. Lagi terjadi pergolakan politik juga. Si Pak Dhe lagi gencar-gencarnya berkampanye. Aku pun lagi asyik bermain Last Day on Earth. Ada dua gempa bumi di Indonesia.
Ah, yang kuingat lagi, dari segi otak kiri, saat itu, hari selasa, di sekitar jam sepuluh pagi, aku ditelepon mamanya. Mamanya bilang, "Iman, Dias meninggal,..." Aku rada goncang. Pantas saja e-mail dan SMS aku belum kunjung dibalas dari semalam. Aku langsung mengabari teman-temannya. Ada yang percaya, ada yang sangsi. Ada yang kehilangan, dan sepertinya ada yang malah bersyukur.
Untuk sosok Dias sendiri, menurutku Dias adalah seorang sahabat yang baik. Ia coba mengayomi setiap sifat teman-temannya. Ia maklum terhadap temannya yang kikir. Walau sempat meradang, terhadap teman-temannya yang meragukan kata-katanya, Dias tak pernah mendendam. Satu lagi, ini yang unik dari Dias.
Ini nyata dari yang aku alami. Entah kenapa setiap hang out bersama Dias, aku serasa masuk ke dunia lain. Oh, bukan dunia lain yah penuh dengan makhluk tak kasatmatanya. Lebih tepatnya, aku bagaikan masuk ke dunia sihir ala film Harry Potter. Ada saja pengalaman aneh tapi nyata yang aku alami. Ya Tuhan, sebetulnya Dias itu siapa? Apa rencana Engkau terhadap sosok bernama Kristoforus Bramandias tersebut?
Pernah suatu ketika mendadak turun hujan badai selama tiga puluh menit di Jakarta. Padahal sebelumnya cuacanya panas sekali. Atau saat bertemu dengan seorang perempuan yang hilang secara misterius, lalu mendadak muncul kupu-kupu, dan itu di sebuah foodcourt. Atau, saat ada seorang pramuniaga yang mendadak jatuh sendiri. Atau kisah sebuah truk jatuh di sebuah jalan raya yang lagi macet parah. Atau cerita tentang loudspeaker sebuah foodcourt yang mendadak sunyi saat aku dan Dias tengah membicarakan topik-topik tertentu. Atau kisah seseorang yang menggebrak pintu saat Dias berseru "Damn F*******n!". Atau yang paling membekas itu saat Dias bercerita mengenai patung Bunda Maria di rumahnya yang mendadak menyala terang, yang bersamaan dengan suara ketukan pintu misterius di rumah aku. Masih banyak kejadian aneh yang terjadi setiap aku dan Dias bercengkerama. Saking banyaknya, aku sempat berpikir ini makhluk dari planet mana yang aku temani.
Yah, begitulah Dias, sahabatku yang dulu senang sekali meneliti planet misterius di langit malam. Sudah ia memiliki pemikiran-pemikiran ala seorang nabi, eksistensi seorang Kristoforus Bramandias sering diikuti oleh pengalaman-pengalaman aneh bin ajaib. Saat orangnya masih hidup, Dias kadang menyebalkan. Saat sudah hampir tiga tahun pergi ke alam lain, justru ada perasaan rindu. Aku seperti merindukan untuk kembali merasakan petualangan ala film Harry Potter lagi. Lucu, yah?
Lalu, dari sosok bernama Dias tersebut, aku bisa mengenal beberapa orang yang sama ajaibnya. Maaf, aku tak bisa menyebutkan dengan alasan privasi. Mereka semua sepertinya kompak menasehati aku bahwa aku tak sendirian hidup di dunia ini. Tak boleh takabur juga.
Oh iya, ada satu orang kenalan Dias yang aku belum pernah temui. Orangnya konon dari Perancis, dan bernama Jean. Apa si Jean sama seperti Dias dan teman-temannya yang lain? Kata Dias, wajah Jean itu seperti foto bule di bawah ini.
Sadar atau tidak, beberapa tahun yang lalu, dalam serial #GaraGaraKomputerTua dan #MaruapDanSylvie , sembilan puluh persen isi ceritanya bersumber dari pengalaman aku bersama Dias. Kalau kalian dulu sangat menyukai kedua serial tersebut, kalian wajib berterimakasih dan mengirimkan doa yang terbaik untuk Dias.
Comments
Post a Comment
Pembaca yang baik adalah yang sudi mau meninggalkan komentar. ^_^
Nice reader is the one who will leave lot of words in the comment box. ^_^