Latar belakang: Bus pool yang ada di Komplek Sekretariat Negara, Kebon Nanas, Tangerang (di sinilah aku berdomisi sejak kecil). |
Aku iseng saja membaca tulisan-tulisanku yang dahulu. Salah satunya, yang ini: Slogan Tak Bermakna. Lalu,.....
.....
Hingga detik ini, tulisan itu sudah dikomentari oleh 11 orang; dilihat sekitar 150an kali. Wow! Tak sadar, tulisan-tulisanku yang lama-lama itu sering dilihat seratusan kali. Padahal, dulu aku tak pernah menyangka bakal sepopuler itu. Saat itu, sehabis menulis, aku blogwalking, dan mengharapkan si tuan rumah membalas kunjungannya dengan cara main ke IMMANUEL'S NOTES. Sederhana sekali.
Lalu, ada satu hal yang membuatku terpaku begitu lama. Salah satu komentar dari tamu yang bertandang ke IMMANUEL'S NOTES.
BasithKAMay 29, 2012 at 6:22 PMAku rasa ini opini yang ditulis dengan emosi, dengan dua bukti yang begitu minim, jangan beranggapan seperti itu. Ini hanya segelintir buruk dari ribuan kebaikan, namun hanya mengingat yang buruknya saja :P
Lalu, aku balas seperti ini:
1mmanuel'Z-Note5May 30, 2012 at 1:45 PM@ Basith: Hahaha... ngapain pake bukti banyak2 ? Toh ini kan bukan karya ilmiah yang tiap kata atau kalimatnya perlu diverfikasi lagi... Toh juga bukan karya jurnalistik.. Hahaha...Oh yah ini juga berdasarkan pengalaman saya sendiri lho.... Plus selain itu kalau kamu ke Indonesia dan Jakarta atau sekitarnya, pasti kamu bakal ngerasain hal2 yang saya atau mungkin beberapa blogger tulis... Juga banyak kok media yang nyantumin hal2 negatif kayak gitu, yah walau benar katamu kalau masih ada hal2 baik lainnya.... Tapi yah menurut sumber yang kubaca, angka kriminalitas di Indonesia termasuk tinggi lho... Pernah dengar kan kasus penembakan yang marak terjadi? Salah satunya penembakan di salah satu minimarket di Pamulang.
Atau kalau dalam konteks tulisannya saya ini, ada kok orang2 yang ngalamin hal2 kayak saya ini... Makanya rubrik Suara pembaca di Kompas nggak pernah sepi dari komplen orang2 yang ditujukan ke para pelaku usaha...So, yeaah it's based on the fact, not based on my emotion... Hehehe...Basith, sorry yah kalau kamu bacanya terdengar agak keras.. Aku gak tersinggung kok.. Dan mohon jangan kapok2 yah berkomentar di sini.. Hehehe... Peace, maaaan... ^^v
Haha. Lucu ya? Saat membacanya kembali setelah puluhan tahun mengembara, kok lucu ya? Di pribadiku yang sekarang ini, seperti mendapati sebuah debat kusir antara seseorang-yang-tengah-gusar-akibat-transaksi-jual-beli dengan seseorang-yang-ah, sudahlah. Sebab, aku bingung harus menggunakan kata apa. Aku tidak menemukan kata yang tepat.
Namun, dengan bahasa lainnya, maksudku itu seperti ini:
Yang satu, mungkin sejak awal ingin mencurahkan isi hati saja, yang gusar karena dikerjai penjual. Wajar, dia menulis seperti itu. Bagiku, ia seperti seseorang yang minta dihibur. Lalu, apesnya, dia malah kedatangan orang yang salah. Yang diajak curhat, malah menggurui tanpa berniat mendengarkan. Sarannya memang benar. Aku 100% setuju. Namun, cara penyampaiannya itu agak tidak menyenangkan, yang seolah tidak memperhatikan sisi yang bersangkutan baru saja mengalami hal tak enak (baca: dikerjai penjual).
Well, jika dipikir sekali lagi, aku baca baik-baik tulisanku itu (dan beberapa tulisan lainnya), yang bisa kupetik:
1. Bahwa tidak semua orang bisa diajak curhat;
2. Bahwa kadar keempatian tiap orang bisa berbeda-beda;
3. Bahwa tidak semua masalah kita bisa dicurhatkan ke orang lain;
4. Bahwa jika kita sembarang memilih waktu, tempat, dan subyek, curhatan kita bisa jadi malapetaka di kemudian hari;
5. Bahwa ada beberapa hal yang sebaiknya kita simpan sendiri, karena yang lebih mengerti itu sebetulnya diri kita sendiri dan Tuhan.
At last, kadang jika kita melihat ke belakang, banyak yang lucu nan konyol yang bisa kita tertawakan dalam rangka mengendurkan urat syaraf.
Comments
Post a Comment
Pembaca yang baik adalah yang sudi mau meninggalkan komentar. ^_^
Nice reader is the one who will leave lot of words in the comment box. ^_^