Seandainya Shania Gracia itu Pacarku dan Kami Berkencan

 














Hari ini terasa seperti mimpi. Seandainya Shania Gracia benar-benar pacarku, mungkin beginilah aku akan menuliskannya di buku harian aku ini.

Aku masih ingat betul, sore itu aku menunggu di lobi Plaza Indonesia. Jantungku berdebar, bukan karena suasana mal yang ramai, tapi karena sebentar lagi aku akan bertemu dengannya. Dia adalah Shania Gracia. Ya, seseorang yang dulunya hanya bisa mengawang-awang seandainya Gracia itupacarku. Menuliskannya saja rasanya masih tak percaya.

Dia muncul dari arah pintu masuk, dengan gaya sederhana. Gracia itu mengenakan sweter yang agak kebesaran, celana jins, dan tote bag. Tidak banyak make-up, tapi entah kenapa justru itu yang membuatnya terlihat semakin cantik. Dia tersenyum kecil begitu melihatku, lalu berjalan cepat dan menggenggam tanganku. “Sorry yah, Iman Sayang, aku telat dikit,” katanya. 

Aku hanya bisa menggeleng, karena jujur, aku masih sibuk menahan degup jantungku.

Kami memutuskan untuk menonton film. Di perjalanan menuju XXI, beberapa orang mengenalinya. Ada yang sekadar berbisik, ada juga yang memberanikan diri minta foto. Aku sempat merasa canggung, seperti menjadi pengawal pribadinya.  

Lalu dia menoleh padaku dan berkata pelan, “Aku seneng kok, kalau kamu ada di samping aku, jadi nggak merasa sendirian.” 

Kata-kata itu menenangkan aku. Yang membuat aku semakin tenang, itu adalah senyumannya. Senyuman seorang Gracia adalah yang terbaik di dunia. Aku beruntung perempuan secantik itu sudah menjadi kekasih aku. 

Selanjutnya, di dalam bioskop, kami duduk berdampingan di bangku tengah. Gelap, dingin, dan nyaman. Aku lebih sibuk memperhatikan ekspresinya daripada filmnya. Caranya tertawa, caranya menutup wajah dengan tangannya saat adegan cringe, sampai caranya melirikku sambil berbisik, “Lucu banget, tauk, Yang,"

Sumpah, sanya terekam jelas di kepalaku. Masih tak habis pikir, Gracia memanggilku "Sayang". Sebelumnya, untuk bermimpi saja, aku tak berani. Aku terlalu takut. 

Setelah film, kami mampir makan di Din Tai Fung. Dia pesan xiao long bao, sementara aku memilih nasi goreng kepiting. Di meja itu, obrolan kami mengalir seperti sudah kenal bertahun-tahun. Ia bercerita banyak hal. Tentang kesibukannya, jadwal yang seabrek, sampai rasa lelah karena harus selalu terlihat sempurna. Aku hanya mendengarkan dengan serius, lalu berkata, “Kalau sama aku, kamu nggak perlu pura-pura kuat, Gre. Jadi diri kamu aja, dan sini... bersandar di bahuku."

Dia menatapku lama, tersenyum,  lalu kepalanya ditaruh di atas bahuku. Ia menjawab lirih, “Makanya aku betah sama kamu, Yang."

Setelah makan, kami berjalan ke Kinokuniya. Aku melihat matanya berbinar saat menemukan novel Jepang terbaru. Ia mengangkat buku itu sambil bercanda, “Biar kamu bisa belajar cara romantis ala cowok Jepang. Kenta aja, biar gendut-gendut gitu, dia romantis tauk. Kamu kadang-kadang suka kaku gitu tauk, Yang."

Aku menjawab, “Tapi aku lebih pengen belajar cara bikin kamu bahagia.” 

Ia tertawa, memukul bahuku pelan, lalu kembali meraih tanganku, dan berkata, "Kamu udah mau aku ajak jalan ke sini aja, udah mau dengerin curhatan aku, aku udah seneng banget, Yang..."

Malam itu ditutup dengan duduk berdua di balkon Plaza Indonesia, menatap jalanan Thamrin yang sibuk. Lampu-lampu Jakarta berkilau, tapi entah kenapa semuanya terasa jauh. Yang dekat hanya kami berdua. Ia menyandarkan kepalanya di bahuku, tidak banyak bicara, hanya diam. Namun justru dalam diam itu aku merasa segalanya lengkap.

Sebelum berpisah, ia menggenggam tanganku erat. “Makasih, yah, udah mau nemenin aku di sini. aku seneng banget hari ini, Nuel."

Lalu, mendadak saja Gracia mencium pipiku. Aku spontan menelan air liur. Tegang pastinya. Bayangkan saja, perempuan secantik dia mencium pipi aku. 

Aku menatap matanya, dan dalam hati berdoa. Semoga ini bukan sekadar... 

...ASTAGA! 

KAMPRET! 

Ringtone dari salah satu single Sisca Saras membangunkan aku dari tidurku. Yang tadi itu... 

BRENGSEK! 

DASAR SISCA SARAS BRENGSEK! KERJANYA MERUSAK KEBAHAGIAAN ORANG SAJA! SETAN DIKAU ITU! 

Iya, aku tahu Sisca Saras tidak salah. Au hanya... ah, sudahlah, pokoknya, semuanya salah dia, sih. Brengsek lo, Sisca! 








Comments

PLACE YOUR AD HERE

PLACE YOUR AD HERE
~ pasang iklan hanya Rp 100.000 per banner per 30 hari ~