That's Our People!

Rabu (12/7) yang lalu, aku sedang bermasalah dengan seorang teman kuliah. Satu angkatan. Yang baru bisa kuceritakan, hanya karena satu komentar yang sudah kuhapus di Thread, aku kaget bukan kepalang, si teman meneror aku. Terus menerus minta aku segera merespon aku lewat secara jalur personal chat. 

Begitulah, yang karena itu, aku langsung panik, dan tergesa-gesa ke konter pulsa untuk membeli pulsa elektrik. Masalahnya sudah kelar. Case is closed, actually. 

Timbul masalah baru, setelah aku posting sesuatu di akun Instagram @nuellubis sebagai pengingat belaka, agar lebih berhati-hati dalam memilih teman atau bergaul (yang bisa dilihat dari screenshot paling bawah). Aku sengaja tidak sebut nama si teman. Eh, kaget aku, si teman bahaya ini stalking akun aku. Ketakutan, lah, aku, dan langsung terburu-buru menggembok akun Instagram aku. 

Dari persoalan aku dengan si teman ini, sepertinya membukakan aku tentang temanku yang lainnya. Eh, ternyata temanku yang lain unfollow akun Instagram aku (yang dugaanku, karena dia sedang marah aku belum bisa berjumpa lagi dengan dirinya). Yah, sudah, lah, untuk temanku yang ngambek itu, aku maklum. Mendadak aku teringat dengan Almarhum Dias. 

Aku sadar mungkin sebaiknya aku berteman dengan si teman yang mengambek di Facebook. Seperti tercerahkan, aku berpikir bahwa tidak semua teman kita cocok dengan setiap akun media sosial kita. Ada yang cocok berteman dengan kita di Facebook saja. Ada yang hanya mau berteman di Instagram atau Tiktok. Ada pula tipe teman yang malu-malu, karena hanya mau berteman di jalur Whatsapp atau personal chat. Begitulah, maksudku. Yang ada pula nyaman berteman dengan kita dengan mengabdikan dirinya sendiri sebagai subscriber atau penonton setia vlog kita. 

Sungguh anugerah terbesar, jikalau ada teman yang mengikuti seluruh keseharian kita di seluruh akun media sosial kita. Teman seperti itu dijaga. That's our people indeed!