Satu Kesaksian Iman Lagi, dan Ucapan Belasungkawa

 













Pertama, aku mau sedikit bercerita. Tentang diri aku yang berhasil lolos dari maut, bahkan hingga melihat sesosok malaikat di kamar. 

Terjadi pada tahun 2016 yang lalu. Awal April, kalau tak salah. Yang jelas, itu setelah Paskah. Bermula dari hari sabtu, aku iseng naik  ke lantai dua. Kulihat, atap lantai satunya, begitu kotornya. Kotor yang tak biasanya. Sebab, ada beberapa benda yang menurut aku tak lazim. Salah satunya itu adalah ranting pohon. Kenapa aku bilang tak wajar? Memang ada satu-dua pohon di sekitar rumah, namun menurutku, agak mustahil jika rantingnya diterbangkan angin hingga atap rumah aku. Aku coba turun untuk membersihkan beberapa benda-benda tak lazim tersebut. 

Lalu, kita loncat saja hingga hari senin. Pagi harinya, di jam delapan pagi, aku kembali mengecek kondisi atap lantai satu rumah aku. Aku coba membersihkan sekali lagi. Aku pungut satu ranting yang menurut aku tak lazim. Entahlah, selain karena bentuknya, ada sesuatu yang secara insting, aku beranggapan itu aneh. Abang sepupu aku sepakat itu memang aneh. Aku buang itu ke tempat yang lumayan jauh. 

Masih di hari yang sama dan bulan yang sama, hanya saja berbeda waktu. Sudah jam sebelas siang. Aku turun lagi ke atap lantai satu untuk membersihkan atap tersebut dari benda-benda tak lazim tersebut, yang kebanyakan batu. Di saat itulah, saat aku rasa sudah bersih, aku naik ke teras lantai dua. Tak ada angin, tak ada badai, aku juga bingung kenapa bisa seperti itu, keseimbangan aku seperti goyah, dan aku terjatuh. Asbesnya sepertinya mendadak tidak kuat untuk menahan berat badan sku lagi. Singkat cerita, aku terjatuh. 

Awalnya aku menduga bakal cedera parah. Nyatanya, secara mukjizat, aku terjatuh di atap mobil Honda Chevrolet. Beruntungnya papi naik mobil yang lain. Aku terjatuh di sisi lain yang mana di bawahnya ada sebuah mobil Chevrolet terparkir. Kukira, aku bakal mendarat di lantai dengan kemungkinan patah kaki atau tangan. Nyatanya, percaya atau tidak, aku hanya lecet di kaki dan tangan. Selain itu, yah, aku hanya keluar uang seratus ribu rupiah untuk membeli asbes demi menutupi lubang di atap. 

Aneh? Yeah, I admit it's too weird to be true, but it's a true story. Ini benar-benar aku alami di tahun 2016 yang lalu. Aku baru berani bercerita sekarang ini. Percayalah, ada banyak kisah aneh bin ajaib yang aku sembunyikan. Pelan-pelan aku akan bercerita panjang lebar kepada kalian semua. 

Terakhir, aku turut berdukacita atas meninggalnya Bapak WTP Simarmata. Percaya atau tidak, sebelum beliau meninggal, satu minggu sebelumnya, aku sudah memimpikan beliau akan meninggal. Et voila, ta-ra, terjadilah. Terjadilah sesuai apa yang ada di mimpi aku, dan apa yang aku imani. 

Semoga Bapak Simarmata diterima di sisi Tuhan Yesus Kristus. Diampuni segala dosanya. Juga, keluarganya diberikan perlindungan dan ketabahan. 

Oh iya, hampir saja lupa, aku juga merasa bahwa sepertinya setiap tulisan aku, entah fiksi maupun non-fiksi, menjadi kenyataan. Apa mungkin ini perasaan aku? Salah satunya, apa yang terjadi di chapter 64 PETUALANGAN AJI DI MASA DEPAN. Aku amat-amati, memang banyak kematian beberapa tokoh akhir-akhir ini. Kebetulan, kah? Entahlah, walau aku tidak menyangkal dengan berkata hanya sekadar cocoklogi. 

Sekiranya Allah memberkati dan melindungi kita semua. Biarlah segala sesuatunya berjalan atas kehendak Allah. 

Kali ini, kotak komentarnya ditutup. 












Comments

PLACE YOUR AD HERE

PLACE YOUR AD HERE
~ pasang iklan hanya Rp 100.000 per banner per 30 hari ~