Suatu ketika aku meminta Mami untuk dibuatkan kue bolu pandan. Yah, aku suka sekali makan kue bolu pandan. Mami langsung mengabulkan permohonan. Tergesa-gesa Mami pergi keluar rumah untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat seloyang kue pandan. Sampai sekarang, aku masih ingat beberapa bahannya. Ada telur, mentega, tepung terigu, dan yang kuingat, dilebur menjadi sebuah adonan yang suka aku cicipi.
Lalu, karena suatu hal, terjadi suatu insiden. Bolunya sedikit berbeda dari bolu yang biasanya pernah aku makan. Sedikit gosong. Ah, masih enak, kok, pikir aku saat itu. Mami memang jago sekali membuat kue pandan. Gosong pun, masih bisa dinikmati.
Belajar dari pengalaman aku saat diriku masih kecil dulu, aku hanya mau berterimakasih karena Tuhan sudah mau mengabulkan nyaris seluruh permohonan aku kepada-Nya. Walau tidak sama persis dengan kemauan aku, aku tetap bersyukur sudah didengar dan dikabulkan Tuhan. Tuhan pun begitu, yang seperti Mami membuatkan kue pandan untuk aku. Tidak sama persis, tapi tetap dikabulkan. Kalau direnungkan lagi, sebenarnya Tuhan tidak pernah bilang tidak. Saking baiknya, IA berkata "Iya" untuk seluruh permohonan kita, tapi harus mengikuti kehendak Tuhan. Bahkan sebelum kita minta, Tuhan sudah mendengar dan mengabulkannya secara misterius.
Mungkin aku harus lebih keras lagi untuk mendapatkan seluruh permohonan aku, jika aku sangat berhasrat untuk dikabulkan sesuai keinginan hati aku. Untuk sekarang ini, bersyukur terlebih dulu. Dinikmati saja dulu. Untuk sekarang, terima kasih, Tuhan, atas kasih-Mu. Aku sudah menerimanya. Thank you a lot, God!
Dikabulkan, tidak dikabulkan, aku baru sadar, itu hanya persoalan sudut pandang. Jika kita memandang dari sudut satu, mungkin seperti tidak terkabul. Akan tetapi, jika memandang dari sudut lainnya, sebetulnya sudah terkabul.
Comments
Post a Comment
Pembaca yang baik adalah yang sudi mau meninggalkan komentar. ^_^
Nice reader is the one who will leave lot of words in the comment box. ^_^