Sadar Diri Saja, Deh! Kuy!

 












Kemarin (23/6), aku sudah memenuhi salah satu kewajiban aku sebagai warga negara yang baik, yaitu dengan mengikuti vaksin (yang katanya) anti Covid-19. Sampai-sampai, yang aku dengar, tidak vaksin, lamaran kerja bisa ditolak. Sumpah, aku masih kesal mendapati lowongan kerja yang menyertakan syarat harus memiliki sertifikat Covid-19. 

Aku heran juga dengan pandemi ini. Aku seperti melihat ketakutan yang berlebihan. Memang jumlah korbannya nyata. Aku masih sering melihat pembaharuan statistik jumlah korban Covid-19. Coba, deh, pikir, kenapa bisa begini. Konon, Corona merajalela di Indonesia karena satu peristiwa di Bogor, yang salah satu penderitanya kabur dari rumah sakit, lalu menjalarlah ke mana-mana. Jumlah korban langsung membludak di mana-mana. 

Aku tidak akan membawa isunya ke mana-mana juga. Toh, sudah ada bukti nyata dari penularannya. Yang aku mau bilang, cobalah untuk bersikap biasa saja. Andai kita bersikap biasa saja sejak awal, mungkin tidak akan makin meningkat. 

Pandemi Corona ini terjadi karena satu virus yang tak kelihatan, kan. Saking tidak kelihatannya, sampai menyerupai hantu, yang tak bisa dilihat dengan mata telanjang. Yang namanya virus juga berbahaya, termasuk virus Influenza itu sendiri. Untuk virus Influenza sendiri, jika kita bersin, apalagi sampai keluar ingus, sebisa mungkin sedikit menghindar dari orang lain. Pada prakteknya, masih banyak di antara kita, yang tidak menutup hidung saat tengah bersin. Buang dahak saja sesuka hati. Habis merokok, tenggorokan gatal, berdeham, dan dahaknya berceceran di mana-mana. Yang seperti itu sering terjadi, kan. Padahal, di dalam dahak, ada virus penyakit.

Nah. 

Untuk pandemi Corona sendiri, hal yang sama berlaku. Walau tanpa vaksin, pandemi tetap bisa diredakan sendiri. Dimulai dari kesadaran sendiri saja. Kalau sekiranya bakal membahayakan orang lain--yang sampai menghilangkan nyawa, sadar sendiri saja untuk tidak menularkan. Contohnya, aku saat masih sekolah dulu. Begitu tahu, kondisi badan tidak enak badan. Aku sering menggigil, bersin-bersin, dan tenggorokan seret. Inisiatif aku meliburkan diri dari kegiatan belajar-mengajarkan. Aku takut menularkan orang lain. Yuk, sadar sendiri untuk tidak merepotkan orang lain dengan satu virus yang katanya belum ada obat cukup mujarab untuk menyembuhkan. 

Sudah tahu jumlah korban malah makin meningkat, sadar sendiri saja untuk tidak menularkan. Saat tahu kondisi badan sedang tidak enak, tak usah berpikir apa itu karena Covid-19 atau bukan, langsung saja bed rest seharian di dalam kamar. Harus benar-benar mengistirahatkan diri, yah. 

Tak perlu dipaksa juga, kesadaran sendiri saja untuk mengikuti vaksinasi Covid-19. Sebaiknya juga jangan dipaksa, yang sampai muncul selentingan 'tidak vaksin, tidak diterima lamarannya'. Ada banyak cara untuk mengajak orang lain ikut vaksinasi Covid-19. Well, aku mendadak teringat saat aku masih SD dulu. Dulu, lagi gencarnya virus Tetanus. Untuk membujuk anak-anak ikut vaksinasi, dibuatlah satu cerita bahwa nanti bakal mati jika tidak mendapatkan vaksin Tetanus. Kalau luka (terkena paku berkarat), lukanya susah sembuh, lalu bisa berujung ke kematian. Alhasil, anak-anak SD langsung sukarela ikut vaksinasi anti Tetanus.

Aku miris melihat isu 'herd stupidity' tersebut. Seolah mereka disalahkan atas membludaknya jumlah korban. Padahal, mereka hanya mencari nafkah. Kenapa orang-orang kecil itu tidak dibekali dengan satu pemikiran terkait Covid-19? Contohnya, bagi-bagikanlah masker dan hand sanitizer secara gratis ke mereka. Bilang, lagi ada virus menular, jumlah korban meninggal makin bertambah dari hari ke hari. Sarankan mereka untuk menjaga higienitas tempat usaha mereka. Berikan juga tempat usaha yang layak ke mereka. Hampir lupa, sebelum pandemi, aku masih ingat banyak orang yang tinggal di tempat yang tidak layak huni, yang bahkan tidak memiliki fasilitas MCK (baca: mandi-cuci-kakus) dengan baik. Itu apa kabar, yah?!

Sudahlah, jangan saling menyalahkan. Kesadaran sendiri saja. Silahkan ikuti vaksinasi anti Covid-19. Kalau bisa, setiap rumah sakit, tersedia vaksinnya. Masyarakat hanya perlu ke rumah sakit untuk divaksin tanpa perlu mencari tahu di mana lokasi yang menyediakan vaksin. Selain itu, patuhi saja prosedur kesehatan dengan kesadaran sendiri untuk tidak membahayakan orang lain. Menggunakan masker bahkan tidak mengurangi ketampanan atau kecantikan kalian. Kalau tidak enak badan, tenggorokan tengah seret, cobalah untuk tidak ditularkan. Beristirahat saja di dalam kamar agar tubuh dalam kondisi fit lagi. 

Mulailah dari kesadaran sendiri terkait pandemi Corona ini. Cobalah lihat ke sekitar kalian juga. Sudahkah kita berempati ke sesama kalian? Ada hubungannya, jangan salah. Jumlah korban meninggal makin bertambah karena kurangnya rasa empati kita kepada sesama. Sudahkah kita berempati? Jangan malah memunculkan istilah ''herd stupidity'. Kan, bangsat sebangsat-bangsatnya. Jadi pengin menampol, deh. 

Di bawah ini, ada informasi tentang penyediaan vaksin anti Covid-19. Silahkan ikuti kalau ingin menjadi superhero di kehidupan nyata. Sebar informasi tersebut jika perlu. Tetap patuhi prosedur kesehatan juga. Jangan membahayakan orang lain jika hidupmu tidak mau dicelakakan orang lain. Ingat juga, malaikat maut itu ada, dan sama tak kelihatannya dengan virus Covid-19. Mereka sama-sama mematikan. 

Kuy, ikut vaksinasi. Unch, unch, unch














Comments

PLACE YOUR AD HERE

PLACE YOUR AD HERE
~ pasang iklan hanya Rp 100.000 per banner per 30 hari ~