Nuel Lubis tengah makan donat gula. |
Aku suka donat, khususnya plain sugar donut (yang seperti dalam foto) dan donat yang bertaburan kacang. Itu dua jenis donat yang aku sukai banget. Yang pertama itu malah sangat aku favoritkan. Karena, dulu Mami sering membuat donat gula. Tiap membuat donat (walau sebetulnya tiap membuat kue atau roti), aku sering memperhatikan, yang sesekali ikut bantu. Contohnya, aku suka membantu dalam hal mencetak membentuk adonannya menjadi bulat. Sesekali diijinkan, sesekali tidak. Alasannya, aku malah menggerecokinya. Huhuhu.
Nah, baru-baru ini aku menemukan penjual kue yang mana donat yang dijualnya itu hampir se-DEP SEDEP buatan Mami. Tak mahal, juga tak murah. Sepuluh ribu dapat tujuh. Donat gulanya hampir se-DEP SEDEP buatan Mami. Kok bisa menemukan yang seperti buatan Mami setelah empat tahun Mami meninggal? Ah, mungkin sudah ada sejak dulu, namun aku saja yang kurang memperhatikan. Belum lagi, mungkin saat Mami masih hidup, aku sangat mengistimewakan donat gula buatan Mami (sehingga yang lain terasa sangat biasa). Ditambah lagi, ada yang bilang, kita baru merasakan betapa pentingnya sesuatu atau seseorang, itu sudah menghilang. Mungkin karena alasan-alasan itulah, tujuh buah donat gula buatan mbak-mbak kampung malah bisa mengingatkanku akan donat gula buatan Mami.
Well, kenangan memang mahal banget harganya. Sekarang, aku paham kenapa orang bisa sedemikian royal demi memuaskan rasa bernostalgianya. Sebab, waktu memang tak bisa diputar kembali. Yang meninggal tak bisa hidup kembali pula.
Comments
Post a Comment
Pembaca yang baik adalah yang sudi mau meninggalkan komentar. ^_^
Nice reader is the one who will leave lot of words in the comment box. ^_^