![]() |
Sumber: Risalah Hadi |
Pertama beli buku--eh novel--- karya Hadi Kurniawan ini karena... kebiasaan lama. Well, aku punya kebiasaan suka membeli buku atau novel yang penulisnya itu lumayan aku kenal, entah itu kenal pribadi atau hanya lewat dunia maya. Patokan beli buku yah seperti itu--dari nama penulisnya dulu. Baru yang jadi second opinion, isi buku dan kebutuhan akan buku tersebut.
Aku tahu buku--eh novel--ini dari salah satu postingan Hadi di blog-nya: Perkenalan LDR. Seperti yang sudah diberitahukan sebelumnya, aku beli LDR itu karena faktor penulisnya. Apalagi penulisnya juga sudah meng-add aku di Facebook. Lumayan sering kasih like status-statusku. Pernah main juga ke Immanuel's Notes. Dan, aku pun tertarik sama isi novelnya. Lucu saja dengan penamaan karakternya yang lumayan catchy: Minggu dan Ciska. Okay, I got interested!
Sesuai dengan judul, "Long Distance Relationsick" memang bercerita soal hubungan jarak jauh. Tepatnya hubungan jarak jauh antara Minggu dan Ciska. Dengan sedikit prolog bagaimana mereka berdua mula berpacaran, kita--sebagai pembaca--langsung digiring ke konflik utamanya: LDR. Semua karena keduanya baru saja lulus SMA. Minggu akan berangkat ke Bandung, Ciska ke Palembang. Dan gara-gara dengar betapa seramnya LDR, Ciska kelabakan. Sampai-sampai perempuan itu minta langsung dinikahi. Minggu heboh dong. Apa yang bakal orangtuanya katakan kalau Minggu mau menikahi Ciska? Mereka masih SMA. Jangan-jangan--dan sudah pasti--Minggu akan dikira sudah menghamili Ciska?
Secara tata bahasa--pun secara konflik dan latar tokoh demi tokohnya, "Long Distance Relationsick" seharusnya memang masuk teenlit. Dari awal hingga akhir bab, aroma teenlit-nya sangat begitu terasa. Namun Ragam Media punya alasan tersendiri yang menempatkannya ke ranah personal literature. Oke, mungkin sepertinya aku mulai paham. Bisa jadi karena novelnya terlalu--maaf--sedikit jumlah katanya. Agak-agak mirip buku-buku bergenre personal literature. Apalagi sewaktu membacanya, memang seperti membaca pengalaman yang bersangkutan. Minim dramatisasi. Pun minim beberapa unsur yang seharusnya ada di sebuah teenlit seperti diksi.
Mungkin bagi yang kurang menyukai teenlit, "Long Distance Relationsick" ini pasti dihindari. Tapi tunggu dulu, tahan. Novel Hadi Kurniawan memiliki poin-poin tertentu yang membuat kalian harus beli. Oke, mungkin bisa jadi referensi bukuku yang masih kurang. Tapi baru kali ini aku menemukan teenlit yang kisah utamanya memang soal cinta-cintaan, bikin ngakak. Yup, penulisnya begitu cerdas yang bisa membuat novel romance (ala teenlit) dengan pendekatan humor. Biasanya kan kisah cinta-cintaan itu kan bisa membuat pembacanya jadi terharu, sesenggukan, lalu mungkin banjir air mata. Namun ini tidak, aku sama sekali tak merasakan itu. Ralat deh, aku merasakannya, namun hanya sedikit. Kebanyakan waktu membacanya itu aku habiskan dengan cara terpingkal. Kocak. Plus rada konyol juga. Tapi bukankah kehidupan percintaan memang selalu seperti itu kalau jeli diperhatikan? Bisa bikin tertawa juga, bukan? Penuh dengan aksi-aksi konyol.
Penamaan nama tiap tokohnya--seperti yang sudah dikatakan--unik. Aku tak paham mengapa Hadi menamai tiap tokohnya dengan nama-nama seperti Minggu, Ciska, Ages, Karen, Ifra, dan Bumi. Apa ini disengaja? Atau tidak disengaja? Mungkin penggantian namanya karena tuntutan penerbit. Bisa jadi kan. Yang jelas, penamaan nama tokohnya itu seperti agak berguna dalam hal penjualan novelnya. Bagaimanapun orang beli novel, selain dari kaver, yah dari blurb. Well, sejak di blurb, calon pembaca akan diberitahukan bahwa nama tokoh utamanya itu Minggu. Belum lagi dengan penamaan judul dan tagline novel yang cukup mengundang.
Selain karena unsur komedi yang begitu melekat di "Long Distance Relationsick", yang aku paling sukai itu ending-nya. Ending-nya mengingatkanku akan novel Bang Ahmad Fuadi yang berjudul "Ranah 3 Warna" di bagian Alif mencuri dengar percakapan antara Raisa dan teman bulenya. Sang perempuan tidak menerima, pula tidak menolak. Jujur saja mengatakan bahwa Ciska tengah mencari calon suami, bukan calon pacar. Dan lebih gilanya lagi, di ending, kita sudah dibikin terpana, eh malah dibikin nyengir. Dahsyat enggak tuh penulisnya?!
***
Penulis: Hadi Kurniawan
Editor: Fatimah Azzahrah
Tebal: 190 halaman
Ukuran: 13 x 19 cm
Cetakan: 2015
ISBN: 979-911-539-6
Penerbit: Ragam Media
Iya dahsyat banget Bang. :D
ReplyDeleteIya, si Hadi emang dahsyat banget. Hahaha...
Deletenamanya unik banget Minggu, sesuai hari lahir mungkin ya
ReplyDeleteYup, sesuai hari lahir.
DeleteYah semoga terhibur ya bang. Itu nama2 gue ambil dr nama bocah2 yg sekolah di tempat gw kerja. Kecuali Minggu, itu mutlak imajinasi. hehe
ReplyDeleteWah mas Hadi ini adakah hubungannya sama Eka Kurniawan?
Deleteciska?
ReplyDeletejadi inget ada nama domain cizkah.com :D
Hahaha, beneran ada tuh?
DeleteAku termasuk yang kurang suka personal literatur kayaknya
ReplyDeleteKecuali yang punya raditya dika
wkwkwk
Nggak tau kenapa deh
Nggak bisa suka aja. Lebih senang baca fantasi macem harry potter atau twilight. Atau romance semacam tetralogi summer in seoul nya Ilana Tan
Selera orang beda-beda sih yah.
DeleteKinda agree with Aul. Gua udah baca banyak personal literatur, tapi so far semuanya mengecewakan, kecuali punyanya Raditya Dika sama Indra Herlambang. Tapi thanks lho reviewnya, Nuel, kalo pas ketemu di toko buku bakal gua liat-liat bukunya. Kalo ada uang kas lebih, gua beli deh wkwkwk
Delete