(Mungkin) Renungan Bijak untuk Pelajar SMA kelas 12














Sekarang sudah bulan Maret dan baru-baru ini juga, aku baca sebuah postingan yang cocok banget dibaca sama anak-anak SMA. Postingan itu kalau nggak salah tentang UNAS atau kalau jaman-jamannya saya SMA disebutnya itu UN. Lebih jauh lagi, UAN. Lebih amat jauh lagi, Ebtanas. Dan oke, jangan diterusin lagi. Saya nggak tahu apa namanya semasa orang tua saya atau kakek-nenek saya remaja.

Mending langsung saja yuk.

Anak-anak SMA/SMK/STM kalau sudah kelas tiga, pusingnya itu nggak hanya mikirin soal UNAS doang. Mereka juga mikirin kemana kaki mereka akan melangkah selanjutnya. Ada yang mau langsung kerja, ada juga yang  mau kuliah dulu. Bahkan ada juga yang mau langsung nikah aja. Busyet kalau ada anak kayak gitu. Hehehe.

Nah saranku terhadap para pasukan putih abu-abu, khususnya tentang kehidupan setelah SMA itu ialah... Hanya satu dan sederhana. Very simple. Ikuti kata nurani kalian dan perjuangkan habis-habisan. Kalau perlu, berontak sedikitlah sama orangtua kalian. Yakinkan mereka kalau pilihan kalian itu memang yang tepat dan terbaik untuk kalian. Ingat lho, kalian bakal nyesel ke depannya kalau kalian hanya ikut-ikutan kata orangtua.

Mereka memang benar dan nggak salah nurut kata orangtua. Benar juga kalau katanya nggak baik melawan orangtua. Tapi yah, ada batasnya juga. Seberapa jauh kita harus ikuti kata-katanya mereka.Kalau kita nggak sreg sama pilihan mereka, kenapa juga harus diikuti. Ingat juga kalian bukan anak-anak SD atau TK lagi, dimana masih perlu bimbingan mereka.

Kalau kalian sempat mengikuti saran dari mereka untuk tujuan hidup kalian, aku yakin kalian bakal salah jalan. Wrong way. Sama kayak diriku ini. Dulu aku ingat kalau aku masuk fakultas hukum itu karena terlalu ngikutin saran dari orangtuaku. Dulu aku nggak begitu gencar nyari-nyari informasi tentang fakultas atau perguruan tinggi yang memang menjadi minatku. Dulu tuh aku ingat kalo aku pengen banget masuk fakultas komunikasi atau IKJ.

Tapi apa daya. Begonya, aku malah terlalu ngikutin kata-kata orangtuaku itu. Yah selama kuliah sih, nggak ada hambatan. Apalagi dari SD, hapalanku bagus. Aku juga lumayan bisa analisis walau nggak terlalu fasih kayak ahli hukum ternama, Pak Muchtar Kusumaatmaja. Tapi lambat laun, aku baru ngerasa aja kalo aku memang udah salah jalan. Pas aku lulus sidang (28 November) atau tepatnya pas Yudisium kemarin, baru kerasa perasaan salah jalan itu.

Sumpah setelah kemarin itu, aku sudah mulai merasa salah jalan. Aku sudah mulai merasa passion-ku itu nulis. Pengen jadi penulis atau apa aja deh yang penting ada hubungannya sama nulis. Tapi bukan juru tulis atau juru ketik yah. Dan setelah kupikir-pikir lagi, pekerjaan yang cocok untukku itu yah novelis, cerpenis, jurnalis, atau scriptwriter. Semua pekerjaan itu (mungkin) mutlak dikuasai anak-anak fakultas komunikasi, sastra, atau perfilman jurusan sinematografi.

Lah aku lulusan hukum nih? Orang juga pasti mikirnya pekerjaanku itu nggak jauh-jauh dari hakim, jaksa, pengacara, polisi, PNS, atau mungkin terpidananya. Jujur aja nih, walau nilaiku di fakultas hukum nggak jelek-jelek amat dan IPK selalu di atas 3, 0, sebetulnya aku nggak begitu menguasai hukum. Aku hanya menguasai ilmu-ilmu dasarnya saja. Tapi kalau bahasannya yang lebih rumit lagi, please don't ask me. I'm not really expert in Law. :)

Sampai detik ini nih, di foodcourt-nya ITC Serpong, aku lagi menggalau. Bukan galau karena cinta, tapi galau soal karir. Bingung aja nih mau ngapain abis kuliah. Mau kuliah S2 lagi biar bisa ngelanjutin mimpiku yang tertunda, aku nyadar diri sama keuangan keluarga. Mau ngelamar kerja? Kayaknya nggak ada yang sreg di hati. Sekalinya dapet yang sreg, itu dia. Kebanyakan ditujukan untuk lulusan komunikasi atau yang memang bidangnya. Kalaupun bisa dimasuki anak hukum, nambah satu persyaratannya. Minimal skill bahasa Inggrisnya harus bisa oral (Jangan ngeres!) dan writing. Dan aku cuma bisanya writing aja. Aku lemah di listening. Atau nggak, pengalaman sekian tahun di bidangnya. Diskriminasi banget sih buat yang fresh graduate. :(

Mau jadi penulis tetap pekerjaannya, sampai sekarang aku belum menemukan titik terang. Apalagi baru-ba ru ini juga, kiriman cerpenku ditolak oleh salah satu media ternama. Akupun belum mendapatkan balasan dari penerbit apakah naskahku layak terbit atau nggak.

Nah! Maka dari itu, aku sarankan buat anak-anak kelas 12 atau 3 SMA untuk benar-benar lebih giat dan serius menentukan jalan hidup kalian setelah lulus nanti. Perjuangkan terus apa mimpi kalian itu. Jangan sampai yah kalian salah jalan kayak aku ini. Hehehe.

Life is so short, so choose the best option based on your heart, not anyone's heart. :)






Comments

  1. nyahahaha, ternyata tragis sekali bang, cerita anda.
    untuk masalah rejeki itu sudah ada yang ngatur kok, cuman rasa sukurnya pada yang dikasih itu yang musti dipraktekan.

    Setidaknya anda mencoba untuk sukses, biar jalan sukses yang menunjukkan :D

    ReplyDelete
  2. :) siip deh mas. saya bakal inget pesannya. karena saya juga salah satu dari anak-anak SMA yang bakal ngikutin ujian UN tahun ini :)

    *kunjungan perdana :)

    ReplyDelete
  3. makasih kak nuel isinya ..
    sebagai anak kelas 12, renungannya bermanfaat nih, huahuahua :D

    ReplyDelete
  4. Salah pilih kuliah, deritanya terus terbawa sampe masa depan, hehehe

    ReplyDelete
  5. jangan begitu mas...
    harus tetep semangat...
    mungkin di depan ada jalan yg bagus namun tertutup kabut,,,
    mas nuel harus terus melangkah...
    :)

    sukses mas...

    ReplyDelete

Post a Comment

Pembaca yang baik adalah yang sudi mau meninggalkan komentar. ^_^
Nice reader is the one who will leave lot of words in the comment box. ^_^

PLACE YOUR AD HERE

PLACE YOUR AD HERE
~ pasang iklan hanya Rp 100.000 per banner per 30 hari ~