Catatan Tambahan dari Empunya Blog:
Aku turut berdukacita atas meninggalnya Zetro Leonardo Purba, Penata Kanselerai Muda KBRI Lima. Semoga arwahnya diterima di sisi-Nya.
Pun aku turut prihatin dengan situasi Indonesia yang sepertinya tidak kondusif. Semoga aksi turun jalannya berkurang. Semoga tidak terjadi penjarahan, penembakan, dan hal-hal kurang menyenangkan lainnya. Pokoknya, tetap jaga keutuhan NKRI.
Sebenarnya, jujur, aku kurang mengerti politik. Aku sendiri bingung, antara mau memihak pemerintah Prabowo atau massa aksinya, terutama teman-teman mahasiswa. Maafkan aku, jika terkesan labil. Di awal-awal, aku terlihat seperti buzzer pemerintah, padahal tidak menerima bayaran sepeser pun, kecuali dari keluarga kandung. Eh, terkadang aku memihak massa aksinya.
Jujur pula, aku lebih memihak kemanusiaan. Yang salah, aku tentang. Yang benar, kubela. Benar-salah-nya ini berdasarkan... indikatornya adalah hati nurani aku. Sepanjang yang aku tahu. Seperti, kadang aku melihat pihak pemerintah keliru. Contohnya, kasus Ahmad Sahroni yang bilang pengeritik DPR sebagai manusia tolol.
Nah, di sisi lain, aku melihat massa aksi juga salah. Aku tidak bisa membenarkan aksi penjarahan rumah-rumah anggota DPR.
Mungkin ada baiknya, jika terjadi kisruh begini, yang secara politik juga, didiamkan saja. Baru kali ini aku sadar, kenapa juga politik itu kotor. Dalam kasus 17+8 begini, kadang kita bisa melihat dua wajah dalam satu obyek atau variabel.
Tak hanya untuk 17+8, melainkan untuk Israel-Palestina. Tidak ada yang salah juga dari antara kedua negara. Juga, sebetulnya kalau boleh berpendapat, bukan wewenang kita mengurusi konflik Israel-Palestina. Apalagi sampai melupakan... seperti kata peribahasa, "Gajah di pelupuk mata tidak terlihat, semut di ujung lautan terlihat,"
Mulai sekarang, aku mau berhati-hati dalam menanggapi setiap isu-isu yang lagi marak di masyarakat. FOMO itu kurang bagus, sebetulnya; apalagi kalau terlalu FOMO. Sesekali melawan arus, terkadang itu bisa menyelamatkan. Sedikit tone deaf, it's okay. Toh, juga, hal yang kita tone deaf itu, bukan sesuatu yang kita pahami dan, maaf, sebetulnya bukan masuk ke dalam visi dan misi kita. Bahkan, di saat kita membiarkan diri larut dalam arus utama, kita bisa terlupakan dari setiap impian dan resolusi kita.
Aku pun tetap update tentang 17+8, tapi hanya sekadar pengamat. Tidak memihak pihak-pihak mana pun. Aku lebih berfokus ke apa yang menjadi, yah, anggap saja, visi dan misi aku. Kembali mengejar setiap impian aku.










Comments
Post a Comment
Pembaca yang baik adalah yang sudi mau meninggalkan komentar. ^_^
Nice reader is the one who will leave lot of words in the comment box. ^_^