Konspirasi Alam Semesta yang Menyebalkan!

Akhir-akhir ini aku dibuat terheran-heran. Kenapa setiap aku membuka Instagram, lalu mengarahkan pointer ke bagian pencarian akun, aku seperti melihat sebuah pasar malam? Beberapa akun sepertinya tengah mendekatiku secara tak wajar dan berharap aku akan memberikan mereka atensi yang mereka harapkan. Sekali-dua kali, bisa, lah, aku abaikan. Lama kelamaan, yah, pusing kepala Barbie. Barbie saja pusing (belum lagi jika si Barbie berlesung pipit, makin terkena vertigo dan gerd si Barbie), apalagi seorang Nuel Lubis yang manusia hidup, yang mana rohnya masih menempel erat di raganya (dia belum beralih ke Alam Barzah, Kawan). Itu kenapa, sih?

Iya, itu kenapa, sih? Cari perhatian sekali! Sudah diperhatikan, tidak memberikan aku uang. Dasar pelit!

Jujur aku mau berkata tidak membutuhkan konten-konten mereka yang begitu mengkhotbah atau mendakwah. Aku (mungkin) bisa berjalan sendiri. Aku tahu apa yang aku butuhkan, mau, dan/atau cari.

Begitulah.

C'est la vie.

Dan, lagi-lagi aku teringat oleh kata-kata seorang teman, yang berkata bahwa seseorang yang benar-benar tahu harus berbuat apa, biasanya akan mengabaikan konten-konten seperti di bawah ini (yang menurut aku, cukup mengganggu). Eh, aku kenapa seperti tersindir? Apakah diriku ini tidak tahu harus berbuat apa dalam hidup? Entahlah. Ah, sudah, lah, nikmati saja. Abaikan, jika masih bisa diabaikan. Terima, jika kita bisa dan/atau mau menerimanya. As simple as that.

Once again, c'est la vie.

Omong-omong, terkadang sesuatu yang bersifat 'konspirasi alam semesta' itu sangat menyebalkan. Dan, bukan salahku pula, karena terlalu mengetahui. Sekali lagi, maafkan.

Oh iya, dirgahayu untuk Kepulauan Sangihe dan selamat satu dekade untuk Nahdlatul Ulama. Dan, terima kasih, Januari, my free trial month. Kalau boleh mengeluh lagi, aku hanya mau bilang,...