Ada Sebuah Nazar di Balik Rest-In-Peace

 

Pertama, aku turut prihatin atas musibah yang menimpa salah satu presenter favorit aku, Indra Bekti. Ah, sudah, lah. Bagaimanapun Indra Bekti tengah terkena musibah. Mau bantu, yah, langsung turun tangan. No drama-drama. Ada hukuman dari Tuhan untuk mereka yang senang memberikan drama, khususnya kepada sesamanya yang tengah ditimpa kemalangan. Tidak harus melalui bantuan uang (walau itu yang lebih dibutuhkan), bantu dalam doa juga tidak apa-apa. 

Yang kedua, aku sedih karena belum sempat merasakan makan di Fish & Co. Per tanggal 31 Desember 2022, hell, yeah, bye-bye, Fish & Co. Eh, bagaimana, sih, suasana makan di sana? DEP SEDEP, kah? Sharing, dong, di kolom komentar. Kangen, deh, masa-masa di mana satu post bisa dikomentari oleh puluhan komentar. 

Terakhir, aku turut berdukacita atas kematian:

1. Texin Wanju Sirait

2. Bernardus Nursamsu

3. Gianluca Vialli

4. B. Lubis

5. Imelda Roito Sinurat

6. Yohanes Babo Mooy

7. Rumialis

8. Ismail Sili Napan Langotukan Watun

9. Tan Loen Tjie

10. Mirza alis MWH

Semoga ke sepuluh orang tersebut bisa berada dalam tempat yang terbaik di dunia orang mati. Begitu pun dengan para korban dari bencana banjir di kota Semarang. 

Oh iya, pasti kalian bingung, kan, kenapa aku cukup sering menulis di rubrik RIP. Itu ada alasan tersendiri, yang belum bisa aku sampaikan. Ada semacam janji khusus antara aku dan Tuhan. Bisa dibilang sebagai salah satu nazar atau kaul aku. Mendoakan mereka yang sudah meninggal, walau aku tidak kenal secara pribadi, bagiku, itu sudah bagian dari kebahagiaan aku. Bagian dari ketenangan batin aku pula. 

Kurang lebih begitulah. 

Sekali lagi, aku memohon maaf jikalau ada kesalahan tulisan maupun video di IMMANUEL'S NOTES. 

Oh, iya, walau yang di bawah ini merupakan peringatan sebelum perayaan tahun baru, ada baiknya tetap diperhatikan. Perhatikan keselamatan kalian untuk kalian yang tinggal di Kepulauan Riau. 

Sebelum diakhiri, mohon donasinya juga untuk korban banjir di Semarang. Pray for Meteseh.