Mau Coba Move-on, dan Biarlah Waktu yang Akan Menjawab

 












Aku tidak tahu harus bagaimana bercerita. Pokoknya, inti dari semua yang hendak aku ceritakan, sejak aku lulus kuliah di tahun 2012 yang lalu, telah banyak yang terjadi dalam hidup aku, khususnya segala hal yang bersifat irasional--atau tidak logis. Itu bahkan melibatkan salah satu sahabat aku yang sudah meninggal yang bernama Dias. 

Berbicara tentang Dias, dia ini memiliki memiliki banyak pergumulan yang aneh bin ajaib, yang banyak aku tuangkan ke dalam novel "Días Amoras de Angel" (yang setiap pelaku aslinya sudah kusamarkan). Aku juga terlalu sering bercerita tentang Dias di IMMANUEL'S NOTES. Tentang Días juga, aku malah mengenal sosok perempuan yang fotonya berada di bagian bawah tulisan ini. 

Aku tahu mungkin banyak di antara kalian yang percaya tidak percaya apakah aku dan Shania benar-benar saling mengenal. Jujur, selain karena Dias, karena satu kejadian yang irasional alias aneh bin ajaib, aku mengenal sedikit demi sedikit mengenai Shania, walaupun tidak benar-benar akrab. Oh iya, selain melalui Dias, ada beberapa yang aku ingat yang sepertinya menjadi perantara antara aku dan Shania. Tiga nama yang sering terlihat tersebut adalah Ann, Timothy,
dan Mario. Apakah aku mengenal secara akrab ketiganya? Tidak, aku terlalu pemalu untuk menyapanya (saat itu). Kadang aku suka bingung bagaimana memulai obrolan terutama agar langsung ke arah topik utamanya: Shania Junianatha. Akan tetapi, hanya melalui Dias, aku mengenal beberapa sisi tentang Shania yang aku tidak akan pernah dapatkan di dunia maya. 

Omong-omong, apakah Dias sungguh menyimpan nomor telepon Shania? Bagaimana Dias mendapatkannya? Apakah benar Dias dan Shania sering bertelepon atau mengirimkan pesan? Ah, bagiku itu menjadi satu misteri yang sulit aku pecahkan bahkan hingga aku harus mengembuskan napas terakhir. Terakhir Dias masih hidup di Oktober 2018 yang lalu saja, itu masih simpang siur. Andai aku berani meminta bukti pesan Shania yang berada di dalam ponsel Dias tersebut, segala sesuatunya bakal berbeda. Sayangnya itu tidak aku lakukan dan menjadi penyesalan yang terasa nyess saat aku coba ingat lagi. 

And then, well, I don't know what already happened. Setelah Dias meninggal, perlahan demi perlahan telah banyak yang terjadi antara kisah tak jelas antara aku dan Shania hingga pada bulan Agustus 2019, aku sudah tak berhubungan secara aneh bin ajaib lagi dengan Shania tersebut. Sudah pindah ke lain hati juga, yang untuk kali ini, aku juga bingung apakah aku harus menceritakannya secara terbuka. Rasa-rasanya aku belum siap. Aku terlalu takut dengan segala stigma yang aneh-aneh. Yang aku bisa lakukan itu hanya melakukan dan memperjuangkannya secara operasi terselubung. Tidak berani sefrontal saat aku masih berhubungan dengan Shania. 

Lantas, bagaimana? Apakah aku harus benar-benar move-on dari Shania tersebut--yang mengingat begitu banyaknya artikel tentang dia dan seorang atlet bulutangkis? Aku terlalu takut membayangkan jika seandainya mereka berdua benar-benar menikah. Orang-orang yang dulu pernah sepertinya hendak mencomblangi aku dan Shania juga satu persatu menghilang. Mereka sulit dihubungi. Aku juga terlalu malas untuk menceritakan kepada mereka bagaimana awalnya aku mengenal Shania Junianatha. Akankah mereka percaya? Jangan-jangan mereka berpikir aku ini freak bin evil

Ya Tuhan, kenapa Engkau memberikan aku satu persoalan yang begitu rumitnya, yang menurut aku, sudah menyentuh ranah yang katanya tabu atau tak lazim dibicarakan? Aku bingung. Aku takut. Khawatir, kah? Tidak juga. Hanya bingung kenapa harus aku alami. Sudah seperti ini, bagaimana cara mengujinya? Cara mengkrosceknya seperti apa? Yang bisa aku lakukan, secara insting saja aku coba membaur sebagai fans dengan oshimen aku adalah Shania Junianatha, lalu melakukan sesuatu yang die-hard fans lakukan. Tidak bermaksud jahat. Hanya mencoba akrab. Syukur-syukur yang bersangkutan benar-benar ramah dan menjadi semakin akrab dengan aku. Hanya itu saja. Hanya ingin akrab saja. Tidak kurang dan tidak lebih. Aku juga tidak akan terburu-buru agar langsung terjawab dalam sekali dayung. 

Lantas, pada akhirnya, apakah Dias dan Shania benar-benar saling mengenal? Apakah benar yang dikatakan Dias bahwa Dias itu teman dekat Shania? Entahlah, biarkanlah waktu yang akan menjawab, jika Tuhan berkehendak. Aku hanya mencoba untuk move-on dari peristiwa di tahun 2015 yang ingin coba aku lupakan. Terlalu aneh, sih. 

Ya, sudah, sih. Coba move-on saja dulu. Dias sudah tidak ada. Beberapa orang lainnya juga sudah menghilang. Untuk apa lagi? 

Masalahnya satu: iya, aku tahu, karena itulah, image aku jadi sedikit negatif. Mungkin karena itulah beberapa orang menjadi risih bergaul dengan aku. Kadang aku menangis karena persoalan yang satu ini. Untuk mereka yang risih, iya, aku minta maaf. Mungkin saat itu aku menjadi terlihat obsesif. Akan tetapi, percayalah, aku tidak memiliki niat jahat sama sekali. Coba bayangkan andaikan kalian berada di posisi aku. Hmmm... 











































Comments

PLACE YOUR AD HERE

PLACE YOUR AD HERE
~ pasang iklan hanya Rp 100.000 per banner per 30 hari ~