Dilema Berjejaring Sosial

"Beberapa orang memilih untuk tidak memiliki akun media sosial apa pun karena emang untuk alasan ketenangan hati." - John Terro

"Lama-lama orang males romantis karena entar disebut galau. Males peduli takut disebut kepo. Males mendetail takut dibilang rempong. Males mengubah-ubah point of view dalam debat takut dibilang labil. Juga, lama-lama generasi mendatang males berpendapat takut dikira curhat." - Sujiwo Tejo

Screenshoot di bawah ini berasal dari sebuah akun yang membagikan ulang (me-retweet) tweet dari seseorang (walau sudah kutulis ulang juga di atas). Ternyata ada juga orang-orang yang merasakan kegelisahan yang sama, yang kali pertama kurasakan itu pada saat tahun 2013 kemarin. Silahkan baca: "Dilema Berjejaring Sosial".

Omong-omong, bukan hanya tentang menulis (entah menulis caption, tweet, status Facebook, maupun berkomentar di konten orang), sekarang mengunggah foto atau gambar juga memiliki satu dilema tersendiri. Aku yang akhir-akhir ini suka selfie tengah merasakan hal tersebut. Aku memasang suatu pose tertentu karena aku berpikir pose itu keren. Tapi, orang lain belum tentu berpikir pose itu keren. Salah satu pose yang kumaksud itu pose anak emo.

Well, aku tak bermaksud untuk menyalahkan siapa-siapa. Aku berpikir mungkin ada baiknya kita berpikir beribu-ribu kali lipat selama beraktivitas di dunia maya. Dunia maya sesungguhnya representasi dari dunia nyata. Berani berbuat, siap juga dengan konsekuensinya. Setiap manusia memiliki kehendak bebas. Kita juga tidak bisa mengontrol sesuatu yang berada di luar kemampuan kita. Hanya yang bersifat tidak kasatmata yang mampu melakukannya (Tuhan salah satunya). Sudah sepatutnya kita bijaksana dalam beraktivitas di dunia maya alias internet. Seandainya kita tidak suka dengan sebuah konten atau post, filter-nya yang makin diperketat, bukannya gelut-gelutan di internet.

Yuk, bijaksana dalam beraktivitas di internet! Yuk, ciptakan internet sehat nan bersahabat untuk siapapun!

#AntiCyberBullying