Dulu sekali, ada seorang sobat blogger yang berkata bahwa sebisa mungkin kita jangan over-expectation terhadap suatu film adaptasi. Yah karena film dengan novel atau buku adalah dua hal yang berbeda. Itu memang sudah menjadi hukumnya. Maklum saja deh. Apalagi memvisualisasikan novel ke dalam sebuah film itu susah sekali, karena kaitannya dengan imajinasi pembaca. Dan yang tertuang di film itu, yah hanya segelintir dari imajinasi para pembaca. Agak susah juga kalau semua bagiannya divisualisasikan; pastinya terkendala pada durasi dan biayanya.
Makanya sewaktu menonton live action dari sebuah komik legendaris bernama Detective Conan, sebisa mungkin aku tak terlalu berharap banyak dan beranggapan keduanya itu dua produk yang berbeda. Apalagi agak aneh kan kalau benar-benar mirip sama di komik atau animasinya. Di animasinya, penggambaran tokohnya kan..... yah sudah tahu-lah yah, ciri khas manga seperti apa: mata besar, hidung kecil, rambut berwarna. Itulah sebabnya, aku berusaha menganggap live action yang satu ini sebuah produk yang berbeda dari animasinya. Walau begitu, tetap saja suka merasa janggal dengan beberapa tokohnya.
Live action yang kumaksud itu.... Detective Conan: Kudo Shinichi's Written Challenge - yang disutradarai Koichi Okamoto. Live action ini menceritakan mengenai kisah Shinichi Kudo, sang detektif SMA sebelum menjadi Conan Edogawa. Diceritakan, Shinichi... yah seperti di komik, merupakan murid SMA di SMA Teitan yang terkenal karena keahliannya dalam menganalisa kasus, sehingga ia jadi populer di kalangan gadis-gadis. Ada salah satu scene yang menurutku berlebihan dalam mengeksplorasi bagian itu. Digambarkan Shinichi tengah berada di ruang loker bersama Ran Mouri, sahabatnya dari kecil. Saat membuka loker, ia langsung kebanjiran surat-surat dari fannya. Mengerti sih maksudnya, tapi jadi aneh.
Selain itu, soal pemeran Ran Mouri-nya juga kurang sesuai. Di satu sisi, Tomoko Kurokawa cocok memerankan Ran yang melankolis tapi sebetulnya tegar; namun di sisi lain, Tomoko kurang sesuai kalau melihat dua alasan berikut ini. Pertama, Tomoko itu tembem, Ran tidak - setidaknya dalam komiknya. Kedua, ada satu scene - dimana Ran emosi sama Shinichi yang malah seenaknya menganalisa soal celana dalamnya. Sewaktu Ran marah dan jadi memukul tembok, aku merasa itu tidak terlalu meyakinkan. Mungkin karena wajah Tomoko yang terlalu manis itulah, karakter Ran yang naik darah jadi tak terlalu tergambarkan.
Aku tidak merasakan aura kemarahan Ran pada Shinichi. Wajah Tomoko benar-benar terlalu manis. |
Karena ekspresinya saja sudah aneh, jadi pas di bagian ini, merasa aneh juga. |
Mungkin kalau pipi Tomoko tidak tembem, jadi agak mirip dengan Ran Mouri. Yah kalau dilihat-lihat, sewaktu menontonnya, layak juga Tomoko memerankan Ran Mouri. Ran Mouri juga digambarkan manis.
Ran Mouri, putri Kogoro Tidur. |
Kalau tidak chubby, Tomoko cocok kok memerankan Ran. |
Tomoko Kurokawa sama Ran Mouri itu sama-sama manis yah? Cuma bedanya di pipinya itu. Muka Ran agak tirus, Tomoko tidak. Yah tapi sih selebihnya lumayanlah. Aura manisnya Ran itu tetap terpancarkan di wajah Tomoko.
Eh tapi tunggu dulu, di live action selanjutnya, pemeran Ran itu bukan Tomoko; tapi Shiori Kutsuna. Itu tuh di episode "The Mystery of the Legendary Strange Bird". Nah yang satu ini baru cocok memerankan Ran Mouri. Tidak tembem. Tak terlalu manis, dan sedikit garang.
Harusnya dari awal, Shiori ini yang memerankan Ran. |
Kalau untuk pemeran Shinichi Kudo-nya, aku lebih memilih Shun Oguri ketimbang Junpei Mizobata di "The Mystery of the Legendary Strange Bird". Shun benar-benar merefleksikan ciri khas Shinichi yang dingin dan serius.
Shun memang cocok memerankan Shinichi yang kaku. |
Untuk pemeran Kogoro Mouri, sudah mantaplah diperankan oleh Takanori Jinnai. Takanori-san sungguh berhasil menghidupkan tokoh Kogoro yang konyol.
Ciri khas Kogoro Mouri yang sangat melegenda. |
Takanori, Takanori, anda memang sekonyol Kogoro Tidur. |
Sama kan, antara Takanori dan Kogoro? Sama-sama konyol dan menggelikan. Yang kurang mungkin tingginya. Kalau yang punya ekspektasi berlebihan sih, pasti beranggapan Takanori kurang tinggi dan kekar. Kogoro kan di komik itu tinggi dan agak kekar.
Selain Kogoro, pemeran Sonoko juga pas diperankan oleh Mayuko Iwasa. Malah jauh lebih layak diperankan olehnya, daripada oleh Sayaka Akimoto. Saat menonton "The Mystery of the Legendary Strange Bird" yang Sonoko-nya diperankan Sayaka, jujur saja tidak cocok; kurang menggambarkan Sonoko yang pecicilan, centil dan fashionable.
Mayuko ini benar-benar terasa sekali sebagai Sonoko. |
Sonoko Suzuki yang selalu menjahili Ran. |
Perasaan Sonoko itu bukan keturunan deh. Agak kurang cocok diperankan oleh Sayaka yang wajahnya terlihat sekali ia campuran. |
Dan...
Kekeliruan terbesar terjadi. Krunya salah kaprah dalam menunjuk pemeran untuk Inspektur Megure. Bagaimana bisa, Megure yang di komik itu sudah terlihat gendut, tapi malah tak terlihat gendut di live action-nya? Di "Kudo Shinichi's Written Challenge", Megure terlihat seperti ibu-ibu hamil. Sangat menggelikan. Masahiko Nishimura sungguh tak pantas memerankan Inspektur Megure.
Masahiro yang seperti ibu-ibu hamil. |
Megure yang kelihatan sekali gendutnya. |
Beda sekali, saudara-saudara. Ini namanya pembodohan publik. Ini komik, lho, yang ada gambarnya. Di komik, pendeskripsian tokohnya kelihatan. Kalau di komik, Megure itu gendut; lalu di filmnya jadi tidak gendut, bukankah itu terasa aneh?
Ah sudahlah, cukup sudahi saja mengulik pemeran-pemerannya. Jangan terlalu serius juga-lah. Lagian seperti yang sudah dibilang di awal, anggap saja animasi dan live action-nya adalah dua produk yang berbeda. Lebih baik kita kembali bahas alurnya.
Alur live action-nya memang melenceng dari komiknya. "Kudo Shinichi's Written Challenge" itu merupakan kisah Shinichi sebelum mengerut menjadi Conan. Diceritakan Conan mendapat surat tantangan dari seseorang yang tak jelas, yang berniat menculik salah seorang temannya yang akan menghadiri sebuah acara sekolah. Tadinya Shinichi menolak ikut dalam acara tersebut. Hanya saja karena begitu peduli dengan teman-temannya, dia memutuskan untuk ambil bagian. Tantangan itu diterima, dan si penantang tak sekedar gertak sambal memang. Saat sudah berada di atas kapal, beberapa hari setelahnya, Sonoko-lah yang jadi korban. Dan kasus ini merupakan kasus terakhirnya saat masih menjadi Shinichi Kudo; pula menjadi saat-saat terakhirnya bertemu Ran dengan wujud aslinya. Berikutnya, saat menemani Ran ke Tropical Land, sebuah insiden menimpanya. Mungkin para penggemar Conan sudah tahu apa terjadi. Yah Shinichi diserang Gin dan Vodka, lalu dipaksa meminum racun APTX 4869.
Jujur saja, alurnya agak melenceng dari cerita komik aslinya. Di komik, kasus terakhirnya itu ada di Tropical Land; bukan di atas sebuah kapal. Aslinya, ada seseorang terbunuh di atas jet coaster, dan di sini pula-lah, Shinichi bertemu dengan Gin dan Vodka dari Black Organization. Saat kasus selesai, Ran sudah merasa inilah saat-saat terakhirnya bertemu Shinichi.
Yah tapi, kita kembali lagi pada pemikiran: film dan komik merupakan dua produk yang berbeda. Anggap saja "Kudo Shinichi's Written Challenge" ini memang kisah baru - yang berbeda sekali dengan komiknya. Meskipun begitu, karena keluarnya setelah komiknya melegenda, memang susah sih beranggapan seperti itu. Pemilihan pemerannya harus diperhatikan betul-betul. Dan secara keseluruhan, "Kudo Shinichi's Written Challenge" ini bisa memuaskan imajinasi para pembaca Detective Conan. Para pemerannya, menurutku, bisa memaksa para penontonnya untuk merasakan aura-aura para tokohnya yang pasti sudah akrab di mata para pembaca Detective Conan. Semoga saja mereka terpuaskan.
RATE : 85.5 / 100
* Sumber gambar bisa dilihat dengan mengklik kanan gambar yang bersangkutan.
gue udah pernah nonton, lumayan lah.. hahaha..
ReplyDeletetapi untuk conan ini, gue lebih demen baca kkomiknya.. lebih seruuu
Gue juga lebih suka komiknya sih, lebih seru
Deleteaku lebih suka shiori
ReplyDeletedan lebih suka serialnya yang mereka berada diruangan demi ruangan menjebak
shinichinya lebih hot hahahahaha #eak
Ah, aku belum nonton yang itu... -_-
Deletehuallow nuel. sehat? semoga... :D
ReplyDeletelebih seneng kartunnya saya mah, kemarin sempat nnton lagi episode2 awal(versi movie), ternyata kasus2nya masih kurang greget ya? saya yg tampangnya kayak gini -_- wktu pas nonton. ahahaaha
Emang sih, tapi lumayan menghibur juga sih, apalagi pas lihat aktor-aktrisnya berhasil menghidupkan tokoh2nya...
Deletetentang film adaptasi, harry potter juara yah nuel ^^ produksi hollywood dibanding Asia keliatan banget niatnya.
ReplyDeleteNggak usah dibandingkan sama Hollywood, mereka emang jawaranya... Selalu serius bikin film apapun, termasuk BF sekalipun... :D
Delete