Valentine's Day



St. Yoseph dan Bunda Maria yang dipersatukan oleh Allah Bapa langsung, via malaikat agung Gabriel.

Pada tanggal 14 Februari di Romawi kuno, ada sebuah kebiasaan di mana para laki-laki menarik undian dari sebuah wadah besar yang berisi nama para perempuan yang akan menjadi pasangan mereka dalam berbagai bentuk perayaan pada tanggal tersebut. Misalnya, laki-laki bernama Aries menarik undi nama perempuan Gemini, maka Aries dan Gemini akan menjadi sepasang kekasih dalam seluruh festival untuk menghormati dewi cinta Romawi yang bernama Februata Juno. Kebiasaan ini merupakan kencan buta skala besar dan menunjukkan tidak bermoralnya kebanyakan orang-orang Romawi pada masa itu.





Imam-imam Katolik pada masa itu mengutuk dan menolak kebiasaan itu sebagai kebiasaan yang membawa manusia pada dosa besar. Mereka mencoba mengkristenkan kebiasaan tersebut. Para imam mencoba untuk mengajarkan pandangan Kristen mengenai kencan dan pernikahan yang bersih dan sehat. Salah satu Imam Katolik yang terlibat dalam hal ini adalah St. Valentinus.

Pada masa itu pula, Romawi sedang terlibat dalam banyak peperangan, yang menarik begitu banyak pria Romawi ke dalam medan pertempuran. Banyak dari mereka ini tidak mau meninggalkan keluarga mereka. Pria-pria yang bertunangan itu banyak yang menolak untuk meninggalkan tunangan mereka. Hal ini membuat Kekaisaran Romawi sulit untuk merekrut tentara. Mendengar hal ini, Kaisar Klaudius mendekritkan keputusan bahwa tidak boleh ada lagi upacara pernikahan selama peperangan. Tidak hanya itu, mereka yang bertunangan juga harus memutuskan ikatan pertunangan mereka.

Lalu, St. Valentinus, seorang imam dan dokter, merasa kasihan dengan orang-orang muda itu. Dia secara khusus merasa sedih bahwa dekrit kaisar ini akan membawa kemerosotan moral di antara banyak orang muda ini. Bila mereka tidak dapat menikah secara resmi, mereka akan hidup layaknya suami istri dengan pasangan mereka tanpa adanya pernikahan serta janji suci bahwa mereka akan menjadi satu sama lainnya.  Karena itulah, suatu hari, St. Valentinus dengan diam-diam menyatukan sebuah pasangan dalam pernikahan kudus karena pasangan tersebut menginginkannya. Pasangan-pasangan yang lain, kemudian mendengar dan meminta St. Valentinus menikahkan mereka.

Banyak pasangan yang akhirnya meminta St. Valentinus untuk menikahkan mereka. Itu semua dilakukan karena orang-orang muda--pasangan-pasangan--hendak melakukan sesuatu yang benar. Mereka juga hendak memiliki berkat dari Allah yang Mahakuasa untuk persatuan mereka dalam pernikahan. Tak lupa, mereka menghendaki masuk dalam sebuah ikatan yang agung yang menyatukan mereka dengan pasangan mereka.

Pernikahan-pernikahan ilegal lalu marak. Hal ini diketahui oleh otoritas Romawi. St. Valentinus lalu dijatuhi hukuman mati. Ia--yang bersama St. Marius, rekan seperjuangan dalam melawan dekrit kaisar tersebut--dipenjara, lalu dipukul beramai-ramai, kemudian dilempari batu lalu dipenggal di Via Flaminian. Dia menjadi martir pada tanggal 24 Februari 269. Hari Valentine sekarang ini memang menjadi hari yang dirayakan secara universal.

Tetapi, hari Valentine yang awal mulanya merupakan perayaan religius Katolik, kini telah dinodai dengan berbagai tindakan cemar seperti seks bebas, pesta seks, dan lain-lain. Walaupun harusnya bukan hari Valentine ini yang harus kita salahkan. Akan tetapi, nafsu kedagingan yang harus kita hilangkan. Sebab, nafsu kedagingan menciderai kasih yang merupakan anugerah dari Allah. Hendaknya kita meneladani St. Valentinus yang mendorong para orang muda di Roma untuk saling memberi cinta kasih secara murni--yang tanpa tercemar nafsu kedagingan.

Hendaknya kita pula meneladani St. Valentinus yang memberikan cintanya yang besar kepada Allah sebab Allah telah lebih dahulu mencintai kita. Sebuah hal yang perlu diperhatikan juga adalah bahwa mengasihi dan memberikan cinta tidak hanya dilakukan di momen Valentine. Tetapi lakukanlah setiap hari kepada Allah dan sesama.

Karena itulah, Paus St. Julius I membangun sebuah gereja dekat Ponte Mole untuk mengenang St. Valentinus dari Roma tersebut. Relikui terbesar St. Valentinus dari Roma saat ini berada di Gereja Santo Praxedes di dekat Basilika St. Maria Mayor di Roma. Relikui lainnya berada di Shrine of St. Valentine di Irlandia.  

Lalu, muncul juga St. Valentinus yang kedua. Sebab dalam berbagai martirologi kuno, ada dua orang santo bernama Valentinus yang pestanya sama-sama dirayakan pada tanggal 14 Februari. St. Valentinus yang pertama adalah St. Valentinus dari Roma, imam dan dokter. St. Valentinus yang kedua adalah Uskup Terni. 

Santo Valentinus dari Terni.
St. Valentinus dari Terni adalah uskup kota Terni yang terletak sekitar 60 mil dari Roma. Ia ditahbiskan menjadi Uskup Terni oleh Paus St. Viktor I sekitar tahun 197 M. Atas perintah Prefek Plasidus, ia juga ditangkap, didera, dan dipenggal kepalanya, dalam masa pemerintahan Kaisar Klaudius II. Di Terni sendiri, terdapat sebuah basilika bernama Basilika St. Valentinus untuk mengenang St. Valentinus yang kedua,--Uskup Terni. 

Paus Gelasius I (496 M) adalah orang pertama yang menetapkan Pesta St. Valentinus pada tanggal 14 Februari walau tidak terlalu jelas siapa St. Valentinus yang dimaksudkan oleh Paus Gelasius I ini. Sebab banyak yang menyatakan bahwa St. Valentinus dari Roma dan St. Valentinus dari Terni adalah orang yang sama.

Hal ini karena keduanya hidup pada era yang bersamaan. Mereka berdua sama-sama hidup pada masa pemerintahan Kaisar Klaudius II dan mengalami kemartiran di tempat yang sama, yaitu di Via Flaminia. Cara mereka dimartir juga sama yaitu dipenjara dan disiksa lalu dipenggal. Apalagi, St. Valentinus dari Roma tampaknya bukan hanya sekadar Imam, melainkan sudah ditahbiskan menjadi Uskup. Hal ini karena adanya sejumlah penggambaran tradisional bahwa St. Valentinus dari Roma sebagai seorang uskup yang sedang menikahkan sebuah pasangan pria-wanita. Juga, jarak Terni dan Roma yang dekat juga menunjukkan bahwa yang sangat mungkin St. Valentinus dari Roma itulah seorang imam yang telah ditahbiskan menjadi Uskup Terni. Tampaknya, satu martir bernama St. Valentinus, dikisahkan dalam dua versi baik versi Roma maupun versi Terni.

Namun, yang jelas, St. Valentinus dari Roma yang karena jasanya telah menikahkan banyak pasangan muda-mudi, pesta St. Valentinus menjadi populer, yang lalu dikenal sebagai Valentine's Day. Kemudian, berbagai gereja dibangun untuk didedikasikan kepadanya. Meskipun hingga pada tahun 1969, Gereja Katolik mengeluarkan tanggal pestanya dalam Kalender Gereja Universal sebagai usaha untuk mengeluarkan pesta-pesta santo-santa (orang-orang yang disucikan dan dikultuskan dalam iman Katolik) yang riwayatnya kurang jelas atau hanya memiliki sedikit informasi yang diketahui. 

Walaupun demikian, hal ini tidak berarti St. Valentinus bukan lagi seorang santo. Santo Valentinus adalah seorang santo yang benar-benar ada. Meskipun kisah hidupnya kurang jelas dan cenderung terpengaruh oleh legenda-legenda (sama seperti legenda St. Nicholas alias sinterklas). Bahkan ada sebuah video katakombe yang menegaskan bahwa St. Valentinus adalah tokoh yang historis, bukan fiktif. Maka dari itu, sejumlah keuskupan atau Paroki Katolik masih merayakan Pesta St. Valentinus secara liturgis pada tanggal 14 Februari seperti yang dilakukan di Balzan, Malta, Katedral St. Yosef Pontianak, Basilika St. Valentinus dan lain-lain. Dan, selain St. Valentinus, sejumlah santo-santa terkenal juga dirayakan pada tanggal 14 Februari seperti St. Sirillus dan St. Metodius (Keduanya rasul bangsa Slavia) serta St. Dionisius dari Alexandria. 

Terakhir, sejumlah orang mengatakan bahwa tidak ada hubungannya antara St. Valentinus dengan Hari Valentine, selain dari pada fakta bahwa St. Valentinus yang hidup pada abad ke-3, telah menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Tapi biarlah. Karena bagaimana pun, tampaknya ada sesuatu yang lebih dari sekadar tanggal kemartiran St. Valentinus. Kita dapat mengatakan bahwa kemartiran St. Valentinus adalah sebagai suatu bentuk cinta kasih. 

Lagipula, tak hanya keberadaan St. Valentinus yang dianggap fiktif. Konon perayaan White Day (hari balasan untuk Valentine's Day) juga tak seluruh negara (dan juga orang-orang?) mengetahui dan merayakannya. Tak begitu jelas bagaimana bisa muncul hari White Day tersebut. Apakah itu sebuah hari bersifat sekuler dan duniawi? Atau ada muatan rohani dan religius di dalamnya?

Memang segala hal yang di dalamnya terdapat kebaikan dan kebenaran, selalu saja terselimuti dalam selimut tebal bernama mitos dan legenda. Entah karena sumber sejarahnya kurang, entah pula karena sejumlah kalangan tak ingin informasi tersebut diketahui secara luas dan publik.





Comments

PLACE YOUR AD HERE

PLACE YOUR AD HERE
~ pasang iklan hanya Rp 100.000 per banner per 30 hari ~