Sebuah Renungan Singkat nan Sepele: Nuel yang Antara Berubah dan Tidak Berubah



"Terkadang yang sederhana itu susah untuk disadari. Kita lebih mikir bahagia dengan teramat complicated." - Samuel, seorang bloger yang hobi musik.



Aku ini orangnya tipe yang suka mikir, suka merenung pula, pun suka melakukan flashback ke belakang. Tiap melihat ke belakang, ah rasanya aku melihat banyak juga perubahan-perubahan dalam hidupku ini. Aku bukan lagi seorang anak yang pemalu banget. Iya, dulu aku pemalu banget. Saking pemalunya, aku malu buat bawa bekal ke sekolah, lalu menahan lapar dari jam tujuh sampai jam setengah tiga sore. Yang saking pemalunya juga, malu tiap bertemu dengan teman di luar dan tanpa seragam sekolah. Malu pula buat unjuk suara di depan sekolah. Pun malu ikut kegiatan Olahraga di sekolah. Dulu aku seperti itu. 

Yah sekarang sih sama. Aku masih seorang pemalu seperti dulu. Bedanya pemalu yang ini tidak seakut jaman sekolah dulu. Dulu pas masih kecil, gila deh, aku sampai mikir kok bisa ada anak sepemalu aku ini? Gara-gara sifat pemalu itu, aku jadi kurang bisa merasakan indahnya masa kecil dan remaja tersebut. Kalau sekarang, sudah rada lumayan. Perlahan sudah mulai tidak malu-malu lagi. Semenjak masuk ke kampus yang ada di bilangan Semanggi, mulai berani unjuk gigi. Walau tidak sering, berani mengajukan pertanyaan ke dosen. Berani pula beberapa kali mempresentasikan tugas, lalu menjawab dengan sebisanya pertanyaan dari teman-teman. Juga mulai berani mendatangi beberapa tempat sendirian saja. Dari ke pengadilan, kejaksaan, lapas, bapas, hingga berani mengontak langsung seorang hakim dan pimred by email

Kalau untuk beberapa tahun belakangan ini, aku bahkan sudah berani pergi ke beberapa tempat yang bersifat rekreatif. Kayak tahun lalu, berani mendatangi event Jak-Japan Matsuri di hari minggu yang harus pulang sore. Dengan berani pula, bilang ke mendiang Mami bahwa aku nggak pergi ke gereja dulu. Terus, aku juga berani pula untuk berhubungan secara personal dengan beberapa bloger yang selama ini hanya puas baca tulisan-tulisannya saja. Aku berani minta nomor dari beberapa bloger itu seperti Melisa Yulia, Felix Salvata si RedBike, Mas +Teguh Budi Santoso , Dhenok Habibie, +rie ramadhaanie , dan masih banyak yang lainnya lagi. Bahkan berani pula curhat ke mereka hal-hal yang sebetulnya cukup dicurhatin ke orang-orang yang kenal dan pernah ketemu saja. Selain itu, aku juga bahkan berani mengajak beberapa teman untuk ketemuan langsung. Mulai berani pula mendatangi beberapa event yang selama ini takut-takut begitu buat datang. 

Aku sendiri tidak tahu kenapa sedikit demi sedikit mulai bisa mengikis rasa malu itu. Namun kalau dibilang ada perubahan, yah harus kuakui itu ada. Dan, sebetulnya juga aku tak terlalu menyadari perubahan-perubahan yang sudah terjadi itu. Kalau saja tahun lalu, si Felix Salvata itu tak iseng berceletuk padaku lewat Line, mungkin aku tidak akan pernah merenungi dan menyadarinya. Well, tahun lalu Felix pernah bilang, "Bang, blog sampeyan sekarang udah berubah yah?! Udah nggak jujur dan apa adanya lagi. Aku ngerasa kayak ada yang hilang dari blog sampeyan."

Aku rada tertegun bacanya. Percaya deh, terkadang untuk menyadari perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri kita--entah itu positif maupun negatif, kita selalu butuh orang lain. Dan, yah benar kata Felix. Saat menyelidikinya sendiri, aku pun merasakan hal yang sama. Kok rasa-rasanya, apalagi teman bloger lain juga bilang hal sama, ada yang berbeda dari seorang Nuel? Terasa ada perubahan dalam diri seorang Nuel, yang selama ini dikenal di dunia blogsphere sebagai seorang bloger penuh emosi dan blak-blakan yang kalau nulis itu suka bocor. Aku sendiri menyadari kok, memang Nuel yang sekarang ini beda sama Nuel yang dulu. Nuel yang sekarang ini sepertinya sedang berusaha menyembunyikan sesuatu. Nuel yang juga sering pakai topeng untuk beberapa tujuan tertentu yang sampai sekarang sulit diumbar, apalagi diumbar di ranah maya ini.

Nuel yang sekarang ini juga sepertinya Nuel yang sepertinya sulit sekali untuk bisa merasakan yang namanya bahagia. Padahal Nuel yang dulu itu tidak seperti ini kan. Bukannya Nuel yang dulu itu Nuel yang selalu bersabar, yang selalu happy untuk hal-hal sepele, pula yang dengan beraninya bikin rusuh di dunia maya? Jadi ingat dulu pernah beberapa kali bikin masalah di dunia maya. Pernah diserang jancuker gara-gara sembarang ngetuit. Atau dulu pernah bikin geger dunia perblogan gara-gara satu-dua hal yang seharusnya tak diciptakan. Mungkin kalau ada yang sudah lama di dunia blog, terutama yang ngeblog sejak 2011, pasti kenal sama seorang Nuel Lubis yang hobi bikin rusuh dan geger.

Ah mendadak aku sendiri jadi kangen sama Nuel yang dulu. Tapi rasanya sulit untuk berubah seperti dulu. Sekarang ini saja IMMANUEL'S NOTES ini makin hari makin dikenal. Bukan maksudnya sombong sih. Namun faktanya memang begitu. Selain masih kedatangan beberapa bloger lama, blog ini juga didatangi nama-nama baru yang sebelumnya aku tidak kenal. Plus, perlahan demi perlahan keluarga mulai mengetahui keberadaan IMMANUEL'S NOTES. Apalagi ternyata mendiang Mami itu ternyata seorang silent reader yang setia. Jadi tersentuh, pengin mewek juga, tapi... bikin tersentak pula. Memang rasanya buat kembali jadi Nuel yang lama itu sudah sulit. Sulit lho kembali blak-blakan di blog sendiri. Sekarang tiap menulis saja, aku harus berpikir-pikir dulu. Contoh: yang begini cocok nggak diceritakan di IMMANUEL'S NOTES?

Terutama lagi aku kangen sama Nuel yang dulu. Nuel yang gampang banget buat bahagia. Yang cuma ketemu hal-hal unik nan baru saja, sudah girang setengah mampus. Kalau sekarang, boro-boro deh. Ukuran bahagianya sudah berubah drastis. Yang susah puas dan banyak maunya. Yang akhirnya, saat baca postingan si Keven yang soal bahagia itu, aku tersentak. Ya ampun, selama ini aku pakai standar bahagia yang seperti apa sih? Standar bahagia orang-orang Zimbabwe? Padahal, yah benar, bahagia itu sebetulnya sederhana. Dan Nuel yang dulu itu selalu bahagia untuk hal-hal sepele. Seperti yang bisa seharian berada di IMMANUEL'S NOTES (yang bagaikan rumah kedua) saja sudah bahagia tak keruan. Yang kalau nulis itu seenak udel saja, yang penting jiwa bahagia. Karena bahagia buat seorang Nuel yang dulu itu sederhana sekali, jauh lebih sederhana dari harga seporsi masakan padang di Restoran Sederhana.

Heh... Nuel yang sekarang benar-benar bermasalah untuk bahagia. Setidaknya untuk dua tahun terakhir ini. Ditambah lagi, Nuel sekarang juga sudah berubah, yang tidak seapa ada dulu lagi. Kalau dulu, tiap ada kontes blog, selalu diikuti. Kalau sekarang, berpikir dulu hingga ke negeri China. Mikir dulu kontes ini hadiahnya seperti apa, susah nggak, plus-minusnya seperti apa. Padahal dulu mah, ada kontes, main nyosor saja. Sekarang, IMMANUEL'S NOTES yang sudah jadi rumah keduanya saja sudah sulit sekali memberikan seorang Nuel sebuah kebahagiaan.

Hmmm......






Comments

  1. Perubahan itu pasti, Nuel. Gua sering liat-liat tulisan gua dulu. Dulu gua kalo nulis blog tuh setengah pake Indo, setengah pake Inggris. Soalnya gua ngerasa ada banyak hal yg terasa keren kalo ditulis pake Inggris dan ga tersampaikan kalo ditulis pake Indo. Makin sini, gua ngerasa makin nyaman nulis pake Bahasa Indonesia dan akhirnya tulisan-tulisan gua akhir-akhir ini lebih dominan pake Indo, Inggrisnya cuma buat kutipan dan bagian awal + akhir doank. Konten tulisan gua pun berubah, dulunya hobinya nulis cinta-cintaan melulu, makin sini rasanya makin nyaman nulis tentang moral dari kehidupan gua sehari-hari. Sudut pandangnya pun berubah, dulu dari mata seorang mahasiswa, sekarang dari mata seorang laki-laki dewasa.

    Kalo lu perhatiin, penulis yg baik adalah penulis yg tulisannya berkembang sesuai perjalanannya. Raditya Dika, contohnya. Tulisan dia makin sini makin dewasa, tapi tetep lucu dan apa adanya. Inilah tantangannya menjadi seorang penulis, bagaimana lu bisa bertumbuh dewasa tanpa kehilangan jati diri lu.

    Jujur gua makin sini makin jarang komen di blog lu karena ada banyak tulisan yg gua ga tau harus ngomong apa. Kata-katanya keren cuy, kutipan dari buku atau penulis lain, tapi abis baca...ya udah...ga ada yg nyantol ke kepala atau hati gua, dan gua juga ga tau harus bereaksi seperti apa terhadap tulisan tersebut. Seperti si Felix bilang, gua liat ada beberapa tulisan yg seolah-olah hanya pencitraan, bukan isi hati lu yg sebenernya. Kalo lagi sedih, tulislah tentang kesedihan lu. Lagi seneng, tulislah tentang kebahagiaan lu. Lu gagal, tulislah tentang kegagalan lu. Itu semua bakal jauh lebih berarti daripada komik atau foto-foto.

    Dulu gua pernah ngobrol dengan seorang penulis terkenal (yg namanya ga bisa gua sebutin di sini karena udah janji). Dia bilang gini ke gua, penulis yg sejati adalah mereka yg tidak malu untuk mengorek isi perutnya sendiri dan kemudian membagikannya kepada orang lain. Dalam arti, jika seorang penulis jaim, ga jujur dan apa adanya, maka tulisannya juga akan kehilangan "soul" nya. Inilah yg jadi prinsip gua dalam ngeblog. Sering ada orang yg nanya ke gua, lu ga malu ya Ven, nulis kisah hidup lus endiri di blog dan dibaca sama orang banyak? Gua bilang ke mereka, kalo gua bukan tulis tentang kehidupan gua sendiri, lantas para pembaca datang ke blog gua untuk baca apa donk? Review film, di Internet juga udah banyak. Cerita cinta, cerita tentang China, udah banyak yg nulis. Tapi pengalaman hidup gua? Cuma gua doank yg bisa nulis tentang itu.

    Masih inget kan dulu gua pernah nulis di blog gua bahwa lu adalah salah satu inspirasi gua dalam ngeblog? Well, gua bisa bilang, setelah sekian lama gua ga ketemu dia, gua seneng banget membaca postingan ini karena postingan yg kali ini adalah karya Nuel yg itu, Nuel yg selalu jadi inspirasi gua dalam ngeblog =)

    Welcome back, my friend. Ditunggu karya-karya berikutnya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih, Ven. Kali ini komentar lu di blog bener-bener friendly banget. Entah kenapa gue ngerasa lu makin dewasa gitu. Apa gara-gara efek komen gue di postingan yang itu? Hahaha.

      Sebetulnya dibilang welcome back sih, gue nggak ke mana-mana. Cuma mungkin ada perbedaan ngisi blog dari jaman 2011 sama sekarang. Mungkin gue bakal jarang curhat, dan lebih nonjolin karya-karya gue aja, entah itu fotografi, cerpen, puisi, maupun novel. So sorry kalau lu bakal jarang banget baca gue curhat di blog ini yah, hehehe. But please stay tune on my blog! Hehehe.

      Delete
  2. perubahan itu pasti, biarpun sedikit. nggak masalah, selama itu perubahan yang lebih baik.

    ngeblog apa adanya? well, orang makin dewasa juga umumnya makin banyak saringan. dan itu wajar. yamasa mau ngeblog yang bahasanya seenaknya terus? kita masih bisa tetep jujur, apa adanya, tapi berubah cara menyampaikan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, makin dewasa, kita makin punya saringan apa-apa aja yang harus di-share di dunia maya. Bisa tetep apa adanya dan jujur, tapi ga harus juga bocor kan. Hahaha.

      Delete
  3. Perubahan emang wajar kok. Tapi kalo malah jadi beban.. gimana hayoo?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha. Entah kenapa merasa perubahan yang terjadi sama gue itu serasa jadi beban, entah buat diri sendiri maupun orang lain. Hahaha.

      Delete
  4. Oalah, iyaya ada tulisan gomez di posternya hahaa saya baru nyadar mas.

    Hmm... tulisanya dalem banget, tapi kalau boleh jujur kita emang harus berubah mas, dalam artian harus berubah menjadi lebih baik. Kadang suka kangen sendiri moment-moment waktu saya nge'blog tahun 2011 dimana bisa nulis lepas kayak pingwin kesurupan, tapi setelah cukup lama nulis saya mikir semua yang saya alami kadang gak harus semuanya diceritakan ke orang.

    Kadang saya harus nyimpan cerita absurd saya sehari-hari, bukan... bukan mau gak diceriain, tapi kadang ceritanya bisa jadi bahan buat ditulis dalam tempat yang lebih keren, buku fisik :)

    Tahun lalu saya emang ngerasa aneh sama blog ini kok tulisannya gak bernyatawa lagi, jujur saya sering datang tiap ada postingan baru tapi kadang bingung mau komen apa, karna ya tadi saya ngerasa ada nyawa yang hilang dalam tulisan2 di blog ini.

    But, terlepas dari semua itu sekarang tulisan di blog ini sudah kembali ke jalannya, saya makin sering ninggalin komen gak bingung2 lagi kayak dulu. Hmm... setelah baca tulisan ini, saya jadi pengen curhat terus di blog kayak tulisan saya tahun 2011 lalu :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seperti komentar gue ke Keven, ya gimana yah, gue sendiri bingung kalau dibilang blog gue ini mati, ga ada nyawanya. Cuz ga mungkin juga kan gue isi sama curhatan-curhatan random gue. Ga etis, Dit. Tapi bakal gue usahain untuk tetep kasih ruang buat segala curhatan random. Dan kalau lu (dan yang lain) peka, sebetulnya curhatan gue itu tersembunyi dalam bentuk cerpen/novel. Hahaha.

      Delete
  5. Berkaca-kaca baca postingan ini, Nuel.

    Entah ya, bukan maksud buat nyama-nyamain, kita kayaknya setipe deh, Nuel. Ya walau nggak sama-sama banget secara jenis kelamin aja beda hahahaha

    Tapi apa yang lu tulis di sini berasa bikin gue tuh kayak lagi bercermin, soalnya nyaris sama. Bedanya, gue belum terlalu berani seperti lu. Belum berani buat eksplor tempat yang ingin sekali kukunjungi sendirian. Mungkin, gue perlu lebih berproses lagi.


    Anw, disadari atau enggak. Setiap manusia pasti berubah, dan yang bisa dilakukan hanya berharap semoga perubahan itu lebih ke arah yang positif.Tetep semangat ya, Nuel.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ga usah dipaksa, Mit. Bawa santai aja. Kayak air aja gitu ngalir. Kalau emang udah saatnya, pasti lu bakal ngerubah beberapa hal yang jadi kelemahan lu. Gitu aja sih, hahaha.

      Thank you. Gue ngerasa nggak sendirian waktu lu bilang kita setipe. Ternyata dunia beneran sempit yah, hahaha.

      Delete
  6. Yes banget.
    Semakin mendefinisikan bahagia justru makin jauh banget mencapainya. Dan berubah, utamanya jadi dewasa, itu fase paling nyebelin. Dan sialnya kita harus melalui ini, ah andainya waktu bisa membeku.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yup, bahagia itu sebetulnya sederhana banget. Kitanya aja yang suka lebay mendefinisikannya. Manusia kan suka banyak maunya, ga pernah abis-abis. Hahaha. Suka-suka ikutan orang pula biar bahagia. Lol.

      Delete
  7. Pertama kalinya nih kayaknya aku berkunjung kesini, hehhehe.

    Benar banget kak, setiap manusia memang selalu berubah. dan terkadang sebuah perubahan pasti ada alasannya.

    Baca postingan ini, aku jadi kangen sama postinganku yang dulu suka ngasal juga. pokoknya segalanya diceritain, tapi sekarang aku malah sama kayak yang kakak lakuin mikir dulu..."Tulisan ini cocok gak ditulis diblog ini?..
    Mungkin semua ada fasenya kali ya, dan setuju juga apa kata ka Adit kalo memang gak pengen ceritain kisah2 di blog bisa aja menceritakannya dalam bentuk buku nantinya...

    ReplyDelete

Post a Comment

Pembaca yang baik adalah yang sudi mau meninggalkan komentar. ^_^
Nice reader is the one who will leave lot of words in the comment box. ^_^

PLACE YOUR AD HERE

PLACE YOUR AD HERE
~ pasang iklan hanya Rp 100.000 per banner per 30 hari ~