SERIAL FAN FICT: Rahasia Conan Mulai Tersibak






[Mohon maaf jika ada kesamaan nama tokoh, tempat, atau peristiwa. Murni hanya kebetulan belaka]







Genre: Fantasi






"There is always only one truth! (Shinjitsu wa itsumo hitotsu!)" - Shinichi Kudo also known as Conan Edogawa.  



Source: www.fanpop.com





"Hei, semua!" pekik Genta Kojima yang makin besar saja.

Hari ini merupakan hari pertama bagi SMP Teitan untuk memulai tahun ajaran. Pantas saja aula SMP Teitan jadi begitu dibanjiri oleh beberapa lulusan SD yang akhirnya diterima di SMP itu yang sudah terkenal sulit sekali tes masuknya. Beberapa murid masih mengenakan syal, Jujur saja, walau sudah masuk musim semi, suhu dinginnya masih tetap terasa. 

Mitsuhiko Tsuburaya nyengir menatap temannya itu. Sementara Ayumi Yoshida hanya tersenyum kecil sekali, sampai-sampai kalian tidak akan pernah bisa melihatnya.  

"Cengar-cengir saja kau ini Mitsuhiko," kata Genta sembari memiting leher Mitsuhiko yang sekarang jadi lebih tinggi dari dirinya.

"Hehehe, habis aku pikir kau tak akan pernah bisa masuk ke SMP Teitan ini." ujar Mitsuhiko nakal. Akhir-akhir ini Mitsuhiko sudah berubah menjadi seseorang dengan kata-kata setajam Ai Haibara, teman masa kecilnya yang entah kemana perginya. Ai mendadak hilang sebulan setelah Conan memutuskan pindah ke Amerika Serikat. 

"Dasar kau ini!" Pitingan Genta makin kencang saja. Mitsuhiko jadi meringis. 

"Sakit, Genta! Aku kan hanya bercanda. Lagian kan memang faktanya semasa SD dulu nilai-nilaimu selalu berada dalam taraf kebakaran jenggot. Iya kan, aku tak salah?"

Genta memiting lagi. "Yah tapi kan, bisa juga aku bersekolah di SMP ini. Sudah lama sekali, malah sejak aku masih di taman kanak-kanak, aku mengidam-idamkan bisa sekolah di SMP Teitan ini. Lihat saja,--" Ia mengamati lagi seragam sekolah SMP Teitan yang mengenakan jas berwarna biru tua dan dasi. Persis seperti orang kantoran saja. "Keren bukan?'

Mitsuhiko nyengir, berjengit. 

"Hei, Ayumi," Teguran Genta itu telah mengagetkan Ayumi yang sorot matanya kosong. Ayumi menoleh pada Genta dan merespon, "Eh?"

Genta terkekeh. "Kau sedang melamun? Apa yang kau lamunkan?"

Ayumi hanya menggeleng, tersenyum. 

Mitsuhiko terkekeh pula. "Sudahlah, Ayumi. Tak usah disembunyikan. Kamu merindukan Conan kan?"

"Conan yah?" Genta tak tertawa. Ia malah berhenti tertawa dan mendongak. "Sedang apa yah, dia di sana? Dengan kemampuan bahasa Inggris-nya, ia pasti tak akan kesulitan di San Fransisco sana."

"Oh iya, kalian sadar tidak? Ini soal Conan. Dan aku baru menyadarinya tahun lalu. Aku mulai merasa ada yang ganjil dengan sahabat kita itu. Juga dengan Ai Haibara." cerocos Mitsuhiko tanpa tedeng aling-aling. 

"Sadar apa?" kata Ayumi lembut dan penasaran. 

Genta kembali menatap Mitsuhiko dengan mengernyitkan dahi. 

"Dulu, waktu kita masih kelas 2 SD, aku merasa Conan itu terlalu cerdas untuk seorang anak kelas 2 SD. Hingga akhirnya, tahun lalu, aku sadar. Aku baru teringat, kenapa Conan dan Ai sama sekali tidak mengalami pertumbuhan badan yang signifikan. Tinggi badan mereka berdua begitu-begitu saja. Aku curiga bahwa sebetulnya usia mereka bukanlah usia anak SD." pungkas Mitsuhiko. Dari sejak kecil, Mitsuhiko memang sudah terkenal sekali akan kepribadiannya yang dewasa dan sok pintar. Hingga saat sudah beranjak SMP, sepertinya karir Mitsuhiko sudah pasti. Ia sudah mantap memilih berkarir seperti idolanya, Heiji Hattori. 

"Iya yah, kamu benar, Mitsuhiko," Ayumi berjengit. 

Genta memukul keras kepala Mitsuhiko. "Kau ini makin lama makin cerdas saja, Mitsuhiko!!!"

Dari kejauhan, tampaknya ketiga anak yang akan beranjak SMP itu sepertinya tak sadar tengah diawasi. Seorang lelaki yang sudah selayaknya menjadi aniki mereka, tengah begitu serius sekali memandangi mereka. Lelaki itu ditemani oleh seorang perempuan berambut pendek kaku dan pirang. Mereka serasi sekali. Mungkin Mitsuhiko dengan kemampuan analisa yang sudah sangat berkembang, akan mengira mereka berdua itu sepasang kekasih. Dan kalau sampai tahu identitas sesungguhnya dua orang itu, Mitsuhiko pasti akan patah hati sekali. 

Dua orang itu...

...Shinichi Kudo dan Sherry Miyano alias Ai Haibara. 

"Tampak Mitsuhiko akan berkembang melampauimu, Sang Sherlock Holmes dari jaman Heisei." desis Sherry tersenyum sinis. 

Shinichi sudah terbiasa dengan kata-kata pedas gadis blasteran Jepang-Amerika itu. Itu sebabnya Shinichi hanya tersenyum sembari mengangkat sedikit kacamata hitamnya. 

"Jangan sok! Kamu sama sekali tak terlihat keren, Shinichi."

"Masa?" ujar Shinichi terkekeh. "Lantas, siapa perempuan yang tiap malam selalu mendengung-dengungkan namaku yah?"

Sherry menatap nyalang. Satu kepalan tangan mendarat di kepala Shinichi. 

*****

Undangan itu sebetulnya sudah lama sekali tiba di apartemen Ran Mouri. Tanggal pernikahannya jatuh pada sabtu depan. Ran ingin pergi ke Osaka. Apalagi dirinya dan Kazuha memang sudah akrab sekali. Sama akrabnya dengan Sonoko Suzuki--yang sudah lebih dulu menikah dengan Makoto Kyogoku--dan Sera Masumi. Hanya saja ada satu hal yang mengganjal hati gadis tersebut. Hal itu berwujud seorang pria detektif dengan tampak arogan sembari sibuk ber-free style.   

"Shinichi, kamu di mana sebetulnya?" desah Ran yang hampir saja menitikkan bulir-bulir air mata. "Undangan ini kan, undangan sahabatmu juga. Masa kamu tidak mau menghadiri pernikahan sahabat terbaikmu, Hattori-san?"

Setelah menyelesaikan pendidikan di sebuah akademi kepolisian--dan diterima bekerja di kepolisian di mana ayahnya bekerja, Heiji begitu bersikukuh sekali untuk melamar Kazuha Toyama. Oh iya, akhirnya si lelaki yang kikuk soal cinta ini bisa juga menyatakan perasaannya pada gadis yang sampai sekarang pun masih hobi mengikat ke atas rambut panjangnya itu. Itu terjadi saat Heiji baru saja menyelesaikan sebuah kasus pembunuhan. Selepas kasus, langsung saja lelaki itu menyeret Kazuha ke sebuah taman yang dipenuhi bunga-bunga sakura bermekaran. Tanpa memedulikan betapa banyaknya pengunjung di sana, dengan derasnya keluar kata-kata itu (tentunya dengan sedikit waktu untuk mengumpulkan keberanian), "Kazuha, sebetulnya, aku sama sekali tak pernah menganggapmu sebagai asistenku. Kamu itu lebih dari sekadar seorang asisten. Kamu segalanya untukku. Tiada kehadiranmu di sampingku, malah membuatku gelisah. Apalagi saat kamu berada di sekitarku dan menggoda pria-pria lain. Itu sungguh merusak konsentrasiku dalam menganalisa kasus."

Kazuha terpana. Jantungnya berdebur kencang. 

"Kazuha, aku menyukaimu. Sangat menyukaimu. Kamu lihat bunga sakura ini, kan. Kamu malah lebih indah daripada bunga sakura ini."

Kazuha jadi memerah kedua pipinya, jauh lebih merah daripada sekuntum bunga sakura. 

Di depan televisi, di atas sofa, Ran terkikik sewaktu mengingat kembali segala cerita Kazuha. Ah, andai saja Shinichi bisa seromantis Heiji itu. Ia ingat, Shinichi malah mengungkapkan cintanya tidak dengan cara yang benar. Bagaimana ia bisa terkesan jikalau disamakan dengan sebuah kasus rumit yang pria detektif itu pernah pecahkan? Lagipula kasus-kasus yang Shinichi selesaikan itu kebanyakan kasus pembunuhan. Berarti itu secara tak langsung, Shinichi tidak menganggap indah dirinya. Dirinya hanyalah butiran-butiran darah atau sebongkah mayat yang hendak dicari-tahu siapakah pembunuhnya. Mirisnya!

Ran menatap jam dinding. Sudah mau jam enam. Lama sekali ayahnya pulang. Pasti berada di tempat main pachinko lagi. Dasar Kogoro Tidur! Berapa kali pun Ran ingatkan, selalu saja detektif tua bangka itu gemar menghabiskan uangnya di tempat pachinko. Gadis itu jadi semakin paham mengapa Eri Kisaki--ibundanya--tetap menolak untuk tinggal bersama (walau belum bercerai). Kogoro Mouri sungguh kekanak-kanakan dan tak disiplin. 

*****

Di sebuah sudut terpencil nan gelap di kota Tokyo, berkumpulah segerombolan mereka yang mengenakan pakaian dan jubah serba hitam. Lengkap. Semua pentolan ada di sana semua. Gin, Vodka, Vermouth, Bourbon, Chianti, Korn, Rum hingga penerus Sherry Miyano, Tuak alias Shizuka Hayato. Mereka sedang memperbincangkan suatu topik yang sangat heboh sekali. Kali ini, tak seperti biasanya, Ano-kata, sang pimpinan mereka, hadir dalam rapat.

Oh, minim satu orang. Tak ada lagi Kir alias Reina Mizunashi alias Hidemi Hondou. Kir sudah tewas di tangan Gin sendiri. Gin berhasil membuka topeng tersebut. Ternyata Reina itu seekor tikus yang disusupi oleh CIA untuk menggembosi Black Organization. Konon pengaruh Black Organization tak hanya seantero Jepang, namun sudah tiba di Amerika Serikat. Hampir 90% peredaran minuman keras ilegal dikontrol oleh Ano-kata dan kawan-kawan. 

Akhirnya mereka mulai menyadari kebenarannya. Dan semua mata memandang pada Vermouth alias Sharon Vineyard yang mulai mencicipi minuman alkohol dari Italia tersebut. Vermouth hanya terkekeh sinis. 

"Cih!" sembur Chianti jengah. "Sudah kuduga, harusnya orang itu ditendang saja dari organisasi ini. Ia tak layak berada di dalam sini lagi. Aku sudah mulai kesal saat dia membiarkan Calvados malah bunuh diri. Dan sekarang, lihat saja! Ia menyimpan rahasia itu sendiri saja."

"Rasa-rasanya aku ingin menghabisi dia secepatnya dengan shotgun-ku yang berharga," Korn sengit, lalu menatap Ano-kata yang ternyata berperawakan sama dengan Profesor Agassa. "Boss, boleh tidak kuhabisi perempuan itu?"

"Kalau Korn tak boleh, biarkan aku saja yang menembaknya dengan Colt-ku ini." ujar Vodka menimang-nimang Colt kebanggaannya. 

Ano-kata mengangkat tangan. "Tenanglah sedikit. Jangan gegabah. Biar bagaimanapun Vermouth sudah banyak memberikan jasa untuk organisasi ini. Dan kau, Vermouth, sebaiknya segera jelaskan mengapa kau terus biarkan hidup bocah detektif yang sudah tahu seluk beluk soal organisasi ini."

*****

Menurut Subaru Okiya alias Shuichi Akai, kini perhatian Black Organization sepenuhnya mengarah pada Shinichi Kudo alias Conan Edogawa. Adalah Tooru Amuro alias Bourbon yang membuka kedok itu ke hadapan Ano-kata. Bourbon sebetulnya sudah ditahan habis-habisan oleh Vermouth. Namun pria yang kemampuan analisanya tak boleh dianggap remeh itu geram sekali dengan sang mantan artis kenamaan Amerika tersebut. Bagaimana bisa Vermouth membiarkan satu tikus paling berbahaya berkeliaran di jalan-jalan kota Tokyo. Bocah itu harus segera dilenyapkan! Tidak bisa tidak! 

Itulah sebabnya Conan berkeliaran di jalan-jalan distrik Beika dengan mengenakan kaus ber-hoodie serta kacamata hitam. Selain karena persoalan Black Organization, bukankah dulu sekali ia pernah bilang pada Ayumi, dan kawan-kawan bahwa dirinya berada di San Fransisco? Mengikuti Conan, Ai pun sama. 

Kini mereka berdua berada tak jauh dari kantor detektif swasta Mouri--rumah Ran. Conan mendapati Ran tengah keluar dari apartemen. Mungkin gadis itu sedang pergi berbelanja. Atau mungkin sedang menghampiri Sera Masumi yang satu kampus. 

"Kasihan gadis itu," desah Ai nyaris tanpa senyum. "Tahu begitu, kamu mengikuti saranku, Shinichi. Seharusnya sudah kamu beritahukan soal cerita sebetulnya."

Conan menatap Ai nyengir kesal. "Bukankah berbahaya untuk Ran jika kuberitahukan? Lagian aku tak berminat menyeret Ran ke situasi yang amat pelik seperti ini. Biarkan aku saja yang menghadapi ini sendirian. Ran  berhak mendapatkan kehidupan yang lebih bahagia lagi, tanpa perlu terus dihantui ketakutan."

"Ckckck, pahlawan sekali!" sindir Ai tersenyum sinis. "Lantas dengan cara bagaimana Ran akan tahu seadainya kamu hilang dari dunia ini? Kamu tahu kan, siapa lawanmu?"

"Ya aku tahu, Black Organization, bukan?" tukas Conan. "Untuk itulah, aku sudah meminta bantuan pihak bantuan. Dan kata Takagi-san sendiri, pihak kepolisian sudah bersedia untuk memberikan bantuan. Apalagi mereka sudah mulai gemas dengan keberadaan organisasi tersebut."

"Wah, wah, wah, enak sekali jadi seorang Shinichi Kudo itu,"

"Jangan mengejek!"

"Oh iya, dulu sekali kamu pernah bilang padaku untuk tidak kabur, bukan (Mengacu pada kata-kata Conan sewaktu Ai hendak mengakhiri hidup: "Don't run away, Haibara. Don't look away from your fate?")?" ujar Ai tersenyum sinis. "Sekarang lihat. Dengan kamu tidak pernah coba memberitahukan Ran apa yang sebenarnya terjadi, bukankah kamu tengah berusaha untuk kabur?"

Conan tak bisa menjawab. Ia hanya mendesah dan terus berjalan mengikuti ke mana Ran melangkah. 

Mungkin saking asyiknya mengintai, Ai dan Conan tak sadar tengah diikuti. Tenang saja, bukan oleh orang-orang Black Organization kok. Yang mengikuti mereka itu orang mereka kenal baik dulu semasa di SD Teitan. Orang itu sungguh mengagetkan keduanya yang spontan jadi berkeringat dan tegang.

"Hei, kalian ini Conan Edogawa dan Ai Haibara, kan? Kalian sungguh mirip dengan dua orang temanku itu, tahu."

Ai mengernyitkan dahi. Ia amati baik-baik dan sepertinya mengenali anak lelaki ini. Walau sudah bertambah tinggi dan ada sedikit perubahan wajah, tetap saja anak itu mirip dengan Mitsuhiko Tsuburaya. 

Comments

Post a Comment

Pembaca yang baik adalah yang sudi mau meninggalkan komentar. ^_^
Nice reader is the one who will leave lot of words in the comment box. ^_^

PLACE YOUR AD HERE

PLACE YOUR AD HERE
~ pasang iklan hanya Rp 100.000 per banner per 30 hari ~