Gina dan Pixie Bicara Soal Seks, Aneh Tidak?










Terkadang, aku benci sama yang namanya stereotipe. Kenapa manusia hobi menggeneralisasikan sesuatu? Apa mereka lupa selalu ada yang namanya anomali? 

Karena stereotipe, kita suka berpikir bahwa yang namanya pria itu tidak boleh menangis, harus tegar, harus bisa begini-begitu--yah pokoknya pekerjaan khas pria. Sementara wanita, kebanyakan dari kita berpikir wanita itu sebaiknya yang lemah lembut. Ada yang bilang, segala yang lemah lembut itu mutlak punya kaum Hawa. Sementara kaum Adam tidak boleh lemah lembut. 

Wanita memiliki tempat khusus di KRL maupun bus trans. Pria, mana ada. 

Wanita disiksa, kebanyakan dari kita langsung heboh. Sementara pria disiksa, bagaikan angin lalu beritanya.  Padahal, andai kata mau ditelusuri, bisa saja pria yang disiksa itu malah layak dapat dukungan dan pemberitaan sama seperti jika wanita disiksa. 

Pria pulang malam, biasa--malah wajib, katanya. Tapi kalau wanita pulang malam, disangka mereka kupu-kupu malam.

Wanita dengan gampangnya berpelukan dan berangkulan dengan sesamanya. Tapi bisakah hal itu dilakukan oleh pria pada sesamanya? 

Rasanya kalau dijabarkan panjang lebar, tak akan ada habis-habisnya. Yang baca ini, pasti bakal bosan. Karena dari dulu memang seperti itu. Dari jaman Nabi Musa memecahkan Laut Merah, selalu ada distingsi tajam antara pria dan wanita. 

Oh, ada lagi anggapan lain soal pria dan wanita. Pria kalau bicara soal seks, walau terasa menjijikan apalagi jika dilakukan terus menerus, kebanyakan dari kita bilang, "Biasa-lah, namanya juga cowok". Tapi pernahkah terpikirkan hal sebaliknya? Seorang wanita yang hobi berbicara soal seks, apa anggapan kita? "Perek" mungkin sering terlontar.  

Soal yang ini, walau tak harus soal ini, aku dulu seperti itu. Dulu aku masih menganggap aneh seorang wanita yang tak canggung berbicara soal seks dengan gamblang, tanpa malu-malu. Jujur, dari sejak akil balig, rasanya aneh saja--memperbincangkan soal seks dengan seorang wanita. Aku lebih nyaman bicara soal itu dengan sesama pria. Hingga akhirnya, 2011 silam, aku berjumpa dengan seorang wanita. Wanita ini temannya teman aku. Kita sebut saja Gina. 

Ceritanya bermula saat temanku, si Duri mengajakku untuk mau menemaninya bertemu dengan si Gina. Karena masih banyak waktu kosong, okelah aku bisa. Kami berdua langsung capcus ke foodcourt sebuah mal. Lama menunggu, Gina datang. Kami ngalor ngidul, walau yang aktif mengobrol itu hanya Gina dan Duri. Di sela-sela obrolan, aku mulai takjub sama Gina. Ada satu obrolan yang tak ingat persis yang membuatku terkesima dengan Gina. Wow, ini kali pertama aku berjumpa dengan wanita seperti Gina, yang tak risih saat lawan bicaranya--yang seorang pria--entah sengaja, maupun tak sengaja, menyetir pembicaraan ke arah seks. 

Apa sih di benak kita saat menemukan seorang wanita yang tak merasa canggung berbicara soal seks, apalagi jika terlihat antusias? Pasti kita merasa, "Ah itu perempuan nggak benar". Awalnya aku juga beranggapan seperti itu. Aku masih menganggap aneh karakter Gina yang satu itu. Aku pun masih cukup terkesima saat dia satu-satunya orang yang mau menjawab pertanyaanku soal ukuran bra di media sosial. Dengan entengnya (mungkin), dia menjawab, "Itu dilihat dari lingkar dada, Nuel,"

Aku takjub. Pun geli. Andai kata aku menanyakan itu langsung ke beberapa wanita--dan ada Gina di dalamnya, aku yakin hanya Gina yang mau menjawab secara gamblang dan mendetail. Mungkin sisanya, bakal pergi. Masih untung aku tidak digampar bolak-balik. 

Itu baru Gina, belum temanku yang lainnya. Ada lagi. Kali ini teman bloger. Biar tak ada keributan, mari kita samarkan namanya jadi Pixie. Aku kenal Pixie (dari blog-nya) sejak 2011. Mulai dari hobi saling kunjung blog, aku lupa, namun yang jelas aku dan Pixie semakin akrab saja di tiap media sosial, entah Facebook, Twitter, Path, maupun Instagram. Bahkan hingga sekarang, kalau butuh saran, aku suka memintai Pixie saran. Sudah lama sekali, aku tahu Pixie ini memiliki pola pikir yang cukup dewasa. Bukan cukup lagi, namun sudah berlebihan. Alhasil Pixie jadi seperti ini, yang sampai sekarang gadis muda itu selalu bikin aku terpana dengan tiap perkataannya. Kalian boleh menyebut Pixie ini "gadis nakal", "jablay", "perek", atau apalah. Namun buatku Pixie ini gadis muda yang lain dari kebanyakan. Antiklimaks. 

Hingga, baru di tahun ini, awal tahun ini, Pixie kembali mengejutkanku. Sebab kenapa, dirinya begitu gamblang bicara soal seks, saat aku chat dengannya. To the point, tanpa ragu-ragu. Rada risih sih awalnya. Namun entah mengapa aku mulai menyukai keterbukaan berpikir yang dimiliki oleh seorang Pixie. 

Anyway, Pixie ini sama seperti Gina. Sepintas saja. Sebab Gina tak seblak-blakan Pixie. Gina, well, hanya tidak risih saat lawan bicaranya yang wanita bicara soal seks, entah sengaja maupun tidak. Itu pun, menurutku, masih dalam kadar normal dan biasa-biasa saja. Hanya untuk menanggapi, tanpa berniat kabur. Sementara Gina, dari hasil chat waktu itu, aku baca lagi, wah ini sepertinya Gina sudah terbiasa dengan obrolan-obrolan seks dengan teman-teman sebayanya. Dia bilang, entah itu pembenaran atau bukan, itu hal biasa saja. Apalagi sekolahnya itu sekolah khusus putri. Wajar jika bicaranya seperti itu. 

Entahlah. Aku tak bisa mendebatnya sama sekali. Itu hak Pixie mau berbicara apa pun sekena hatinya. Toh, Pixie sekarang sudah menjadi seorang mahasiswi. Dia tahu apa yang terbaik untuknya. Dia pasti tahu apa konsekuensinya. Walau emosinya masih suka meletup-letup, Pixie ini--buatku--gadis yang luar biasa. Luar biasa kuatnya. Memiliki pola pikir yang "wah". 

Pun sama dengan Gina yang.. ah mungkin memang seperti itu pembawaannya yang tak risih untuk memperbincangkan apa pun topiknya. Termasuk soal seks. 

Kesimpulan dari tulisan yang tak berharga ini, aku hanya mau bilang, mungkin wanita-wanita seperti Gina dan Pixie ini terasa janggal untuk yang tidak terbiasa. Aku lupa, tapi ada sebuah riset yang menyebutkan bahwa kaum Hawa itu biasanya suka risih untuk beberapa topik obrolan. Salah satunya soal seks. Mungkin, di luar soal riset itu, kebanyakan orang belum terbiasa menyaksikan seorang wanita yang seenaknya saja bicara soal seks. Bahkan untuk tak sengaja menyerempet pun, masih dipandang sebelah mata. 

Bagiku, sejak bertemu Gina dan Pixie, mau topik apa yang mereka bicarakan, termasuk soal seks sekali pun, it's okay. Itu urusan mereka juga dengan Tuhan-nya. Selama aku tak risih, kenapa tidak? Aku selalu terbuka dengan beragam topik obrolan dengan orang mana pun. Kenapa pula masih ada orang yang cepat menggeneralisasikan sesuatu hanya dari obrolan singkat saja?



Comments

  1. kata siapa lelaki tak boleh menangis :D
    saat lelaki ditinggal orang yang dicintainya meninggal dunia, pasti dia menangis

    ReplyDelete
    Replies
    1. iyah, nuel
      istriku juga kaget saat aku menangis
      dia baru pertama kali melihatku menangis

      Delete
  2. Lembut itu mestinya berlaku buat cewek sama cowok sih. Cowok juga harus bisa bersikap lembut, tapi nggak gemulai kaya cewek :p
    Aku beberapa kali dibilangin "Jadi cewek jangan kasar2. Jadi cewek harus lembut," dan langsung bete. Aku nggak suka disuruh lembut karena aku cewek. Kalo ada yang negur "Jadi orang jangan kasar2. Kamu juga nggak mau dikasarin kan?" atau ditegur temen yang relijius "Jadi Muslim harus lembut" aku baru rada nurut.

    Soal obrolan sex sih di budaya kita emang masih tabu kalo yang ngomong cewek. Sebenernya itu dari sifat dasar cewek yang pemalu (kebanyakan gitu), jadi ya malu gitu ngobrol yang aneh2 sama lawan jenis.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku setuju bagian cewek yang suka malu-malu buat ngobrolin hal-hal yang aneh-aneh. Mungkin, aku juga nggak tahu kenapa, karena kultur ketimuran kali yah?

      Well aku malah lebih suka cewek yang model kayak Mbak, yang kasar-kasar, hahaha. Lebih suka yang antimainstream, terlebih yang punya karakter yang begitu kuat. ^^

      Delete

Post a Comment

Pembaca yang baik adalah yang sudi mau meninggalkan komentar. ^_^
Nice reader is the one who will leave lot of words in the comment box. ^_^

PLACE YOUR AD HERE

PLACE YOUR AD HERE
~ pasang iklan hanya Rp 100.000 per banner per 30 hari ~